Virus Corona

Khofifah Tanggapi Mal yang Buka saat Kasus Corona Surabaya Tertinggi di Jatim: Itu Kewenangan Kota

"Setahu saya memang di Surabaya tidak pernah tutup malnya bahwa itu kewenangan kota bukan kewenangan provinsi," ujar Khofifah.

Editor: Fitriana Andriyani
Tribunjatim.com/Fatimatuz Zahroh
Gubernur Jawa Timur Khofifah saat menjelaskan update Corona di Jatim yang kasusnya terus bertambah, baik positif Covid-19, pasien dalam pengawasan ( PDP ) dan orang dalam pemantauan (ODP). 

TRIBUNAMBON.COM - Kasus virus corona di Jawa Timur berada di bawah DKI Jakarta yang masih menjadi provinsi dengan jumlah terbanyak COVID-19.

Hingga Senin (1/6/2020), Surabaya masih menjadi pusat penyebaran virus corona di Jawa Timur.

Meski demikian, mal di Surabaya masih dibuka di tengah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne pada Senin, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa pembukaan mal itu kewenangan Pemerintah Kota.

Alasan Khofifah Alihkan Mobil PCR dari Surabaya, Banyak PDP di Tulungagung Meninggal Sebelum Dites

Kisruh Sabotase Bantuan Mobil PCR untuk Kota Surabaya hingga Amukan Risma, Begini Akhirnya

"Setahu saya memang di Surabaya tidak pernah tutup malnya bahwa itu kewenangan kota bukan kewenangan provinsi," ujar Khofifah.

Lalu, Khofifah membandingkan PSBB di Surabaya dan Malang.

Berbeda dengan Surabaya, Malang justru telah menutup mal kecuali toko-toko penting.

"Saya ingin membedakan PSBB Surabaya Raya dan PSBB Malang Raya."

"PSBB Malang Raya awal ditetapkan 17 Mei memang mereka bersepakat mal tutup kecuali apotik dan jualan sembako," ungkapnya.

Lantaran sukses melakukan kebijakan PSBB, sehingga Malang cukup melaksanakan pembatasan tersebut selama satu periode.

"Tapi sudah selesai masa transisi pada tanggal 31 Mei kemarin karena PSBB Malang Raya hanya untuk sekali masa tahapan 14 hari," katanya.

Sekali lagi, soal kebijakan PSBB kota itu juga tergantung dari pemerintah kotanya.

"Jadi kewenangan itu dalam Perwali atau Pergub jadi masing-masing Bupati, Wali Kota di daerah PSBB merekalah yang sebetulnya menentukan regulasi internal kabupaten kotanya," sambung dia,

Mantan Menteri Sosial ini mengatakan bahwa kebijakan spesifik PSBB kota dilakukan juga oleh Pemerintah Kota.

"Kita punya Pergub nah Pergub ini akan menjadi payung dari seluruh Kabupaten, kota yang akan melaksanakan PSBB."

"Kebetulan hanya dua Surabaya dan Malang Raya sehingga kewenangan-kewenangan untuk membuat regulasi secara lebih spesifik itu di Bupati Wali Kota," ungkap Khofifah.

Lihat videonya mulai menit ke-4:34:

Pakar Ungkap Dugaan Mengapa Jatim Tinggi Corona

Jawa Timur kini dikhawatirkan menjadi pusat penyebaran baru virus corona di Indonesia.

Kasus virus corona di Jawa Timur berada di bawah DKI Jakarta yang masih menjadi provinsi dengan jumlah terbanyak COVID-19.

Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin PNF, Professor Choirul Anwar Nidom lantas angkat bicara melalui acara Metro Pagi Prime Time pada Jumat (29/5/2020).

Professor Nidom mengatakan, hal itu terjadi karena berbagai faktor.

Bisa saja kasus virus corona di Jatim memang benar-benar tinggi.

"Jadi melihat data dari keadaan Surabaya khususnya atau Jawa Timur secara umum itu harus komprehensif meilihatnya tidak hanya melihat peningkatan jumlah kasus itu saja."

"Jadi memang bisa bahwa data itu menunjukkan bahwa masih tingginya kasus di Jawa Timur dan Surabaya," ujar Prof Nidom.

Selain itu, bisa jadi kasus virus corona di Jawa Timur ini tinggi karena memang jumlah pengecekan lebih tinggi dari daerah lain.

Apalagi selama ini belum ada perbandingan jumlah orang yang dites antara daerah satu dengan lainnya.

"Tapi bisa juga karena aktifnya pengujian sehingga jumlah diuji itu besar, otomatis prosentase akan meningkat jumlah yang positif itu akan meningkat."

"Itu juga akan selama ini belum ada perbandingan dari sekian itu berapa jumlah yang disampling," jelas Nidom.

Sehingga, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa daerah lain bisa jadi juga sama banyaknya dengan Jatim.

"Apakah sama yang disampling dengan daerah-daerah lain sehingga Surabaya tampak sebagai episentrum."

"Mungkin saja daerah-daerah lain melakukan hal yang sama dengan Surabaya dan Jawa Timur mungkin memberikan kasus yang sama, memberikan fonemenan gambaran yang sama," katanya.

Lalu, Prof Nidom mengaku khawatir nantinya akan terjadi fenomena gunung es.

"Seperti yang Pak Wagub bilang bahwa sebetulnya COVID-19 ini kan masih kita khawatirkan terjadi gunung es."

"Sehingga semakin besar kita pengujiannya, kemudian semakin nampak berapa banyak jumlah yang positif di lapangan," ungkap Nidom.

Gunung es bisa terjadi karena ada penumpukan pengujian.

"Yang ketiga validitas pengujian jadi dikatakan oleh Pak Wagub terjadi penumpukan pengujian, sementara itu membutuhkan kecepatan di dalam hasil diagnosis," ujar dia.

Selain itu, adanya kemungkinan tenaga lab terkena virus corona sehingga mempengaruhi hasil data.

"Apalagi lab ini di suspend karena diduga ada tenaga lab yang terinfeksi nah ini kan juga mempengaruhi hasil apakah terjadi kontaminasi polos positif dalam pengujian-pengujiannya, karena yang menguji terjadi infeksi yang positif, nah ini kan komprehensif melihat data," ujar dia.

Sehingga, terkait tingginya virus corona di Jatim itu memang karena banyak faktor.

"Bukan sekedar tingginya data positif di Surabaya maupun Jawa Timur," sambugnya.

Lihat videonya mulai menit ke-6:22:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Mal Masih Buka Meski Surabaya Jadi Daerah Corona Terbanyak di Jatim, Khofifah: Itu Kewenangan Kota.

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Menjaga Ruang Digital dari Hoaks

 

Drone Anka-S Siap Jaga Natuna

 

Bunga yang Layu di Pelaminan

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved