Demo Kematian George Floyd Meluas ke Eropa, Ribuan Warga Unjuk Rasa Kedubes AS di Denmark

Demonstrasi di ibukota Denmark itu dimulai tepat di luar Kedutaan Besar AS di Østerbro dan berakhir di Christiansborg, gedung parlemen Denmark.

Editor: Fitriana Andriyani
Ilyas Tayfun Salci / ANADOLU AGENCY / Anadolu Agency via AFP
Orang-orang berkumpul dalam aksi protes atas kematian George Floyd, di Trafalgar Square pada 31 Mei 2020 di London, Inggris. 

TRIBUNAMBON.COM, COPENHAGEN - Kematian pria berkulit hitam George Floyd yang tewas oleh polisi kulit putih Amerika Serikat (AS) tidak hanya memicu terjadinya aksi protes di negara itu, namun juga negara lainnya.

Di AS, aksi protes itu memang secara cepat berubah menjadi anarkis karena melibatkan bentrokan antara massa demonstran dengan petugas kepolisian.

Bahkan banyak pula mobil yang terparkir di jalanan AS secara sengaja dibakar dan terjadi penjarahan di beberapa kota.

Sejak saat itu, demonstrasi serupa pun turut digelar di negara-negara Eropa.

Orang-orang berkumpul dalam aksi protes atas kematian George Floyd, di Trafalgar Square pada 31 Mei 2020 di London, Inggris.
Orang-orang berkumpul dalam aksi protes atas kematian George Floyd, di Trafalgar Square pada 31 Mei 2020 di London, Inggris. (Ilyas Tayfun Salci / ANADOLU AGENCY / Anadolu Agency via AFP)

Namun aksi di benua biru ini dilangsungkan secara damai.

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (1/6/2020), sekitar 2.000 orang telah berkumpul di banyak jalan di Copenhagen untuk memprotes tindakan kekerasan berujung pembunuhan yang dilakukan polisi AS terhadap warga AS keturunan Afrika-Amerika tersebut.

Demonstrasi di ibukota Denmark itu dimulai tepat di luar Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Østerbro dan berakhir di Christiansborg, gedung parlemen Denmark.

Para demonstran ini tampak memegang papan bertuliskan 'Keadilan untuk George Floyd'.

Menurut kepolisian Copenhagen, demonstrasi berlangsung secara damai.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Copenhagen Henrik Svejstrup memperkirakan bahwa demonstrasi ini akan mencapai puncaknya di Christiansborg, dengan diikuti sekitar 2.000 peserta.

Kendati demikian ia memastikan demonstrasi itu tidak berjalan anarkis.

Seorang demonstran bernama Lea Rejmers mengatakan kepada Radio Denmark, bahwa tindakan yang dilakukan terhadap Floyd seharusnya tidak terjadi.

"Itu tidak adil, terlepas dari warna kulit mereka. Di Denmark, ada juga rasisme seperti itu. Tapi bagaimanapun juga, kita adalah warga dunia dan tidak membenarkan aksi kekerasan ini, saya pikir apa yang terjadi adalah tindakan kekerasan dan tidak etis," kata Rejmers.

Perlu diketahui, kematian George Floyd sebelumnya telah memicu demonstrasi di kota Minneapolis, negara bagian Minnesota, AS, yang merupakan daerah asal Floyd.

Aksi protes ini kemudian berubah menjadi kekerasan dan akhirnya memuncak setelah terjadinya penjarahan dan tindakan vandalisme.

Banyak mobil yang dibakar dan pusat bisnis yang dirusak.

Seorang pengunjukrasa memukulkan skateboardnya ke jendela sebuah restoran di pusat kota Los Angeles, Sabtu (30/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan.
Seorang pengunjukrasa memukulkan skateboardnya ke jendela sebuah restoran di pusat kota Los Angeles, Sabtu (30/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan. (AFP/APU GOMES)

Sejak itu, demonstrasi serupa pun telah menjamur di seluruh negeri, termasuk di dekat kompleks Gedung Putih.

Hal ini mendorong kepolisian AS menggunakan gas air mata untuk memukul mundur para demonstran.

Seorang juru bicara Kedubes AS di Denmark mengatakan kepada TV2 bahwa pemerintah AS saat ini tengah menangani kasus kematian Floyd melalui prosedur hukum di negara itu.

"Departemen Kehakiman kami telah menjelaskan bahwa tanggung jawab atas kematian George Floyd sedang ditangani melalui sistem hukum, baik di tingkat negara bagian maupun federal," kata juru bicara tersebut.

Ia kembali menegaskan bahwa aksi protes yang berlangsung damai, tentunya merupakan bagian dari hak setiap orang dalam menunjukkan sikap.

Namun jika aksi itu berubah menjadi anarkis dan merugikan pihak lain, tentunya pemerintah AS akan mengambil sikap.

"Kami akan selalu mendukung hak semua orang untuk berdemonstrasi secara damai dan membuat suara mereka didengar. Namun kami juga akan menentang siapa pun yang mengeksploitasi tragedi ini untuk menjarah, merampok, menyerang, dan mengancam," tegas juru bicara itu.

Sebelumnya, aksi protes terjadi setelah video yang menunjukkan seorang polisi sedang menekan lututnya ke leher George Floyd, beredar viral.

Floyd pun terlihat berulang kali mengatakan kepada polisi itu bahwa dirinya tidak bisa bernafas.

Beberapa saat kemudian ia tidak menunjukkan respons kesadaran dan dinyatakan meninggal di rumah sakit setempat.

Terkait tindakan tersebut, empat polisi yang terlibat dalam aksi itu pun telah dipecat, dan seorang diantaranya dituduh melakukan pembunuhan terhadap Floyd.

Terkait aksi keadilan untuk Floyd, warga di negara lainnya pun turut turun ke jalan.

Di ibukota negara di Eropa lainnya, seperti Berlin dan London, aksi damai pun dilakukan.

(Tribunnews, Fitri Wulandari)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Protes Kematian Floyd Menjalar ke Eropa, Ribuan Orang Demo Kedubes AS di Denmark.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved