Virus Corona

UPDATE Korban Corona Dunia 21 Mei 2020: Indonesia Urutan ke-31 Jumlah Kasusnya, Lampaui Jepang

Berikut update korban corona hari ini. Virus Corona masih mewabah di seluruh dunia, hingga WHO menyatakan adanya status pandemi global.

Penulis: Garudea Prabawati | Editor: Fitriana Andriyani
Shutterstock
Ilustrasi Corona Virus -2 WNI Positif Corona 

TRIBUNAMBON.COM - Virus Corona masih mewabah di seluruh dunia, hingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan adanya status pandemi global.

Hingga saat ini secara global jumlah kasus positif virus corona 5.110.172, kasus positif, pada Kamis (21/5/2020) malam pukul 18.59 WIB.

Data tersebut dilansir dari laman Wordometers.

Dari data tersebut total keseluruhan secara global jumlah kematian sebanyak 330.106, sementara jumlah pasien yang sembuh sebanyak 2.038.544.

Sementara negara yang saat ini terdampak virus mematikan tersebut yakni sebanyak 217 negara.

Dan apabila dilihat per negara saat ini Amerikan Serikat ada di urutan pertama untuk jumlah kasus positif terbanyak, yakni 1.593.297 kasus.

Sedangkan di bawahnya ada Russia sebanyak 317.554, Brazil 293.357, Spanyol 279.524, Inggris 248.293, dan Italia 227.364.

Untuk jumlah korban meninggal karena corona, negara yang dipimpin oleh Donald Trump menduduki urutan pertama, yakni sebanyak 94.948 jiwa.

Disusul Inggris 35.704 jiwa, Italia 32.330 jiwa yang meninggal, Perancis 28.132, dan Spanyol 27.888 jiwa.

Jumlah korban yang sembuh di Amerika Serikat tertinggi sebanyak 370.977 orang, Spanyol 196.958 orang, Jerman 158.000, dan Italia 132.282 orang.

Sementara untuk Indonesia sendiri saat ini berada di urutan ke-31 jumlah kasus Covid-19.

Di mana terlihat Indonesia melampaui Jepang.

Untuk Indonesia sendiri jumlah kasus virus corona sebanyak 20.162 kasus, jumlah yang meninggal sebanyak 1.278, sementara yang sembuh sebanyak 4.838 orang.

Masa Inkubasi Virus Corona

Mendengar dan membaca terlalu banyak kabar tentang wabah virus corona membuat sebagian orang merasa stres dan cemas berlebih. Berikut cara mengatasinya!
Mendengar dan membaca terlalu banyak kabar tentang wabah virus corona membuat sebagian orang merasa stres dan cemas berlebih. Berikut cara mengatasinya! (potential.com)

Lantas proses inkubasi virus corona hingga menjangkiti tubuh manusia, dilansir dari USA Today dibutuhkan sekitar lima hingga 12 hari untuk gejala muncul. 

Virus yang disinyalir berasal dari Wuhan China ini dapat menyebar dari orang ke orang dalam jarak 6 kaki atau 1 meter lebih, melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. 

Mungkin juga virus tetap berada di permukaan atau objek, ditransfer dengan sentuhan dan masuk ke tubuh melalui mulut, hidung atau mata.

Sementara itu, dikutip dari thesun.co.uk, sebuah studi baru dari Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg di Amerika Serikat menemukan rata-rata periode inkubasi adalah 5 hari.

Para peniliti mengatakan hampir 97,5 persen dari mereka yang terjangkit, menunjukkan gejala dalam 11-12 hari setelah terinfeksi, seperti diberitakan Tribunnews.com.

Namun, para ahli mengatakan ada sedikit bukti yang menunjukkan orang dapat menyebarkan virus tanpa menunjukkan gejala.

M Nuh Jadi Bulan-bulanan Setelah Menang Lelang Motor Jokowi Rp 2,5 Miliar, Kini Ditangkap Polisi

Martin S. Hirsch, dokter senior di Layanan Penyakit Menular di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Amerika Serikat (AS) mengatakan masih banyak yang harus dipelajari tetapi para ahli menduga virus tersebut dapat bertindak serupa dengan SARS-CoV  yang eksis 13 tahun yang lalu.

"Ini adalah virus pernapasan dan dengan demikian masuk melalui saluran pernapasan, kami berpikir terutama melalui hidung," katanya. 

"Tapi itu mungkin bisa masuk melalui mata dan mulut karena itulah perilaku virus pernapasan lainnya."

Ketika virus memasuki tubuh, ia mulai menyerang.

Demam, batuk dan gejala COVID-19 lainnya 

Ilustrasi wabah Covid-19
Ilustrasi wabah Covid-19 (Pixabay)

Diperlukan dua hingga 14 hari bagi seseorang untuk mengembangkan gejala setelah terpapar awal virus, kata Hirsch, dan rata-rata sekitar lima hari.

Begitu berada di dalam tubuh, ia mulai menginfeksi sel-sel epitel di lapisan paru-paru. 

Atau sebuah protein pada reseptor virus dapat menempel pada reseptor sel inang dan menembus sel. 

Di dalam sel inang, virus mulai bereplikasi hingga membunuh sel. 

Ini pertama kali terjadi di saluran pernapasan bagian atas, yang meliputi hidung, mulut, laring, dan bronkus.

Pasien mulai mengalami versi ringan dari gejala yakni batuk kering, sesak napas, demam dan sakit kepala dan nyeri otot dan kelelahan, sebanding dengan flu.

Dr Pragya Dhaubhadel dan Dr Amit Munshi Sharma, spesialis penyakit menular di Geisinger, AS mengatakan beberapa pasien telah melaporkan gejala gastrointestinal seperti mual dan diare, namun itu relatif tidak umum. 

Gejala menjadi lebih parah begitu infeksi mulai membuat jalan ke saluran pernapasan bagian bawah.

Rekor Harian Tertinggi, Brasil Catat 19 Ribu Kasus Baru Positif COVID-19 dalam Sehari

Pneumonia dan penyakit autoimun

Ilustrasi Gambar Pneumonia
Ilustrasi Gambar Pneumonia (Tangkapan layar healthline.com)

WHO melaporkan bulan lalu sekitar 80% pasien memiliki penyakit ringan sampai sedang akibat infeksi virus corona.

Kasus COVID-19 "ringan" termasuk demam dan batuk yang lebih parah daripada flu musiman tetapi tidak memerlukan rawat inap.

Pasien yang lebih muda memiliki respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan pasien yang lebih tua.

13,8% kasus parah dan 6,1% kasus kritis disebabkan oleh virus yang menuruni batang tenggorokan dan memasuki saluran pernapasan bawah, di mana ia tampaknya lebih suka tumbuh.

"Paru-paru adalah target utama," kata Hirsch.

Ketika virus terus bereplikasi dan perjalanan lebih jauh ke tenggorokan dan masuk ke paru-paru, itu dapat menyebabkan lebih banyak masalah pernapasan seperti bronkitis dan pneumonia, menurut Dr Raphael Viscidi, spesialis penyakit menular di Johns Hopkins Medicine.

Pneumonia ditandai oleh sesak napas yang dikombinasikan dengan batuk dan memengaruhi kantung udara kecil di paru-paru, yang disebut alveoli, kata Viscidi. 

Di mana alveoli adalah tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Ketika pneumonia terjadi, lapisan tipis sel-sel alveolar rusak oleh virus. 

Tubuh bereaksi dengan mengirimkan sel-sel kekebalan ke paru-paru untuk melawannya. 

"Dan itu menghasilkan lapisan menjadi lebih tebal dari biasanya, ketika mereka semakin menebal, mereka pada dasarnya mencekik kantong udara kecil, yang adalah apa yang kamu butuhkan untuk mendapatkan oksigen ke darahmu." 

"Jadi pada dasarnya perang antara respon host dan virus," lanjut Hirsch. 

"Tergantung siapa yang memenangkan perang ini, kita memiliki hasil yang baik di mana pasien pulih atau hasil yang buruk di mana mereka tidak."

Membatasi oksigen ke aliran darah membuat organ oksigen utama lainnya termasuk hati, ginjal, dan otak tidak berkurang. 

Dalam sejumlah kecil kasus parah yang dapat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), yang mengharuskan pasien ditempatkan pada ventilator untuk memasok oksigen. 

Namun, jika terlalu banyak paru-paru rusak dan tidak cukup oksigen yang disuplai ke seluruh tubuh, kegagalan pernapasan dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian. 

2 Pria Pecinta Sesama Jenis Ditangkap Diduga Bunuh Rekannya, Awalnya Janjian Kencan dengan Korban

Pengaruh Usia

ILUSTRASI Social Distancing - Social distancing adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona, menurut para ahli.
ILUSTRASI Social Distancing - Social distancing adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona, menurut para ahli. (www.ucsf.edu)

Viscidi juga menekankan bahwa hasil tidak biasa untuk sebagian besar pasien yang terinfeksi coronavirus. 

Mereka yang paling berisiko terhadap perkembangan parah adalah lebih tua dari 70 dan memiliki respons imun yang lemah. 

Orang lain yang berisiko termasuk orang dengan kelainan paru-paru, penyakit kronis atau sistem kekebalan tubuh yang terganggu, seperti pasien kanker yang telah menjalani perawatan kemoterapi. 

Viscidi mendesak masyarakat untuk berpikir tentang coronavirus seperti flu karena ia mengalami proses yang sama di dalam tubuh. 

Banyak orang tertular flu dan sembuh tanpa komplikasi. 

"Orang harus ingat bahwa mereka sehat seperti yang mereka rasakan, dan seharusnya mereka tidak perlu panik, dan berperasaan tidak sehat seperti yang mereka khawatirkan.

(TribunAmbon.com/Garudea Prabawati)
Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved