Viral Cuitan Iim Fahima tentang Istri: Bagaimana Bisa Berkembang jika Dikepung Tugas Domestik?
Iim Fahima menuliskan cuitan yang memperjuangkan ibu rumah tangga seharusnya digaji suami dan pekerjaan rumah dikerjakan suami.
TRIBUNAMBON.COM - Istri musisi Adhitia Sofyan, Iim Fahima menuliskan cuitan yang memperjuangkan ibu rumah tangga seharusnya digaji suami dan pekerjaan rumah dikerjakan suami.
Iim Fahima penerima penghargaan Young World Changer di World Economic Forum (WEF) tahun 2019 ini membeberkan alasan mengapa ibu rumah tangga harus mendapat bayaran.
Iim Fahima menuliskan cuitan itu di akun Twitter pribadinya @iimfahima pada Minggu (9/2/20).
• Hotman Paris Show Dapat Teguran dari KPI, Gara-gara Adegan Tak Senonoh Ini
• Dedy Susanto Bantah Tudingan Pelecahan Seksual ke Pasien: Mbak Tujuannya Apa? Mau Naikin Followers?
Pengusaha sekaligus aktivis ini menuliskan bahwa banyak perempuan yang sulit berkembang karena terbebani dengan urusan domestik.
Hal itu, disebabkan lantaran banyak pria-pria yang tidak paham akan tanggungjawabnya.
Mulanya, Iim Fahima mengaku memberikan kuliah dan mengajak perempuan untuk bisa menghasilkan uang sendiri.
Iim Fahima mengaku hal itu ia ajarkan agar perempuan-perempuan memiliki uang sendiri dan tidak bergantung kepada suami.
Iim Fahima menganjurkan perempuan-perempuan berbisnis atau berjualan di rumah.
"Tujuan saya mengajak perempuan dagang/jualan/bisnis dari rumah adalah:
Untuk perempuan berdiri tegak di kaki sendiri.
Punya duit sendiri.
Ga tergantung pada suami.
Anytime hal buruk terjadi, mis suami meninggal, sakit, etc perempuan ga limbung ketika ambil alih nahkoda," tulisnya.
• Abash Beberkan Perlakuan Para Napi pada Lucinta Luna, Ternyata Banyak yang Ngefans: Aslinya Cantik
• Kaget karena Pertama Kali Ikut Dibully, Abash Akui Berat Dampingi Lucinta Luna
Iim Fahima menjelaskan jika perempuan memiliki penghasilan sendiri maka keluarga dan lingkungan sosial akan mendapatkan manfaatnya.
Namun, saat ini menurutnya, banyak perempuan-perempuan yang tidak berkembang lantaran dikepung tugas domestik.
"Saat perempuan mandiri finansial, yg mendapat manfaat ngga hanya diri sendiri tapi juga keluarga dan society.
Study menyebutkan, perempuan menggunakan 80% income nya untuk diinvestasikan ke keluarga.
Tp bagaimana bisa berkembang jika dikepung tugas domestik dan GA DIBAYAR?," tulisnya.
Iim Fahima menyebutkan bahwa selama ini banyak para suami dengan dalih agama dan budaya menyerahkan urusan domestik kepada perempuan.
"Twitter saya minggu lalu ramai saat saya men-tweet bahwa Ibu Rumah Tangga WAJIB mendapat bayaran finansial.
Selama ini banyak suami dengan dalih agama maupun budaya, menyerahkan sepenuhnya urusan domestic seperti ngurus anak, cucian, kebersihan rumah masak pada istri," tulisnya.
Ia menambahkan jika di ajaran Islam suamilah yang menjadi penanggungjawab semua urusan.
Padahal, jika rujukannya ajaran Islam, laki-laki penanggung jawab penuh SEMUA urusan rumah.
"Dari mendidik anak, makanan matang, rumah dan pakaian yang bersih hingga menyusui bayi.
Jika suami ngga mampu tenaganya, tp mampu finansial, hukumnya WAJIB bagi suami menyediakan ART," tulisnya.
Iim Fahima menegaskan jika suami tidak mampu membayar Asisten Rumah Tangga, maka suami wajib mengerjakan pekerjaan rumah dan dibantu oleh istri.
"Bagaimana jika tidak mampu membayar ART?
Maka suami WAJIB mengerjakan pekerjaan rumah itu sebisa mungkin, DIBANTU istri.
Jadi istri di sini fungsinya adalah membantu suami. MEMBANTU ya, bukan menjadi penanggung jawab utama.
Paham kan ya, bedanya," tulisnya.
Sehingga menurutnya, segala persoalan rumah hingga anak, sang suamilah yang bertanggungjawab.
"Jadi kalo ada anak yang ga bener, rumah kotor, makanan matang tidak tersedia, cucian kotor numpuk, anak kurang gizi ya itu tanggung jawab suami.
Jika ada bagian yang ngga beres di dunia, maka suami-lah yang akan dimintai tanggung jawab di akhirat kelak, bukan istri," tulisnya.
Iim Fahima menegaskan bahwa bayaran finansial kepada suami wajib diberikan untuk istri.
"Terkait soal bayaran finansial alias gaji pada istri yang menjalankan pekerjaan domestik.
Ngga usah lah kalian bertanya soal dalilnya mana, kecuali kalian kelompok orang yang malas berpikir," tulisnya.
Iim Fahima menjelaskan jika pembantu saja dibayar, mengapa istri yang derajatnya lebih tinggi tidak dibayar.
"Pakai logika aja, jika pembantu saja bekerja dibayar, kok bisa istri yang posisinya jauuuuuuh lebih tinggi dan terhormat, ngga dibayar?
Beberapa ulama bahkan menambahkan, istri setiap melahirkan dibayar pakai emas!," tulisnya.
Iim Fahima menegaskan bahwa pekerjaan istri sangat banyak.
Dari melahirkan, menyusui, jadi dokternya anak, psikolognya anak, guru, guru ngaji, tukang masak, beberes rumah, pakaian, supir
Jadi dihitung saja tuh berapa suami seharusnya membayar gaji istri.
"Dari melahirkan, menyusui, jadi dokternya anak, psikolognya anak, guru, guru ngaji, tukang masak, beberes rumah, pakaian, supir dll
dikerjakan oleh satu orang!," tulisnya.
"Banyak yang berkelit, “Lha itulah sebabnya ibu tuh ngga perlu dibayar, karena jadi istri/ibu itu pekerjaan mulia, bayarannya surga”.
Allahurabbi. Kalau ngga mampu uangnya, jangan ditambah dengan ngga mampu berpikir lurus," imbuhnya.
Iim Fahima mengatakan semua pekerjaan itu mulia, tapi mengapa seorang istri tidak pernah mendapatkan bayaran?
Lalu, Iim Fahima menceritakan pengalaman pribadinya:
"Dokter itu pekerjaan mulia, mereka dibayar.
Supir itu pekerjaan mulia, mereka dibayar.
Tukang masak itu pekerjaan mulia, mereka dibayar.
Jadi apa dasarnya tidak membayar Ibu Rumah Tangga yang dari A - Z dikerjakan semua?
Saya melakukan pekerjaan itu semua karena KEMAUAN SENDIRI.
Karena saya punya ilmunya, punya waktunya dan tenaganya.
Bukan karena indoktrinasi agama.
Bukan karena tekanan sosial maupun budaya.
Paham kan bedanya?
Mindsetnya yang beda.
Dan atas apa yang saya kerjakan, saya juga dibayar pakai uang. Ngga cuma ucapan terimakasih atau basa-basi “bayarannya di surga”.
Saya paham, tidak semua orang mampu finansial, tapi membenahi mindset ini krusial.
Bukan hanya utk perempuan, tp juga keluarga dan society.
Secara global, perempuan menghabiskan tiga per empat atau 76.2 persen dari total jam mereka setiap harinya untuk melakukan pekerjaan tidak dibayar aka domestik.
Di Asia, bahkan, angkanya mencapai 80 persen total jam setiap harinya.
Pekerjaan domestik yg ngga dibayar ini, membuat perempuan 15 kali lebih miskin dari laki-laki ...
Dan akhirnya, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka yang berujung pada sulit berpartisipasi dalam aktivitas sosial-politik.
Survei nasional di 34 provinsi dengan sampel 2.041 ibu rumah tangga (IRT) mengungkapkan bahwa rata-rata lama bekerja IRT ialah 13.5 jam per hari.
Angka ini lebih besar dari rata-rata perempuan di Asia Pasifik yang mencapai 7.7 jam per hari
(Jurnal Perempuan, 2020)
Pekerjaan IRT dianggap rendah dan ga dibayar.
Padahal, jika dikaji, pekerjaan tersebut ialah aspek penting dalam aktivitas ekonomi sekaligus faktor yang sangat berkontribusi pada kesejahteraan individu, keluarga maupun masyarakat.
(Stiglitz dkk, 2007)," tulisnya.
(Tribunjateng.com/Wahyu Ardianti Woro Seto)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Viral Cuitan Pengusaha Iim Fahima: Istri Harus Digaji, Pekerjaan Domestik Tanggung Jawab Suami.