Masih Terjadi Gempa Susulan Gempa Ambon 1.044 Kali, Grafik Turun Warga Jangan Terpancing Isu Tsunami
Update gempa Ambon, sampai Sabtu pagi ini ada total 1.044 gempa susulan dan 114 gempa dirasakan warga, BMKG imbau warga tak terpancing isu tsunami
TRIBUNAMBON.COM - Total gempa susulan gempa Ambon yang terjadi hingga Sabtu (5/10/2019) pagi ini berjumlah 1.044 gempa.
Dari ribuan kali gempa susulan sejak gempa utama Magnitudo 6.5 pada 26 September 2019 lalu, sebanyak 114 gempa dirasakan oleh warga.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 114 gempa dirasakan hingga 5 Oktober 2019, pukul 09.00 WIT, sedangkan gempa susulan berjumlah 1.044 kali.
• 1.006 Gempa Susulan Gempa Ambon Terjadi hingga Jumat Pagi Ini, 110 Kali Dirasakan
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, dalam rilisnya mengatakan, telah terjadi penurunan signifikan dilihat dari grafik gempa susulan.
Masyarakat diharapkan tidak terpancing dengan isu yang tidak benar atau hoaks terkait dengan adanya gempa besar dan tsunami pascagempa utama pada 26 September lalu.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan bahwa sumber gempa dari segmen Sesar Kairatu, berupa sesar mendatar dengan strike relatif dari barat ke timur.
Apabila melihat catatan historis, gempa dan tsumami pernah terjadi pada segmen sesar tersebut, tepatnya pada 30 September 1899 yang saat itu berkekuatan M 7,8.
Catatan BMKG gempa dan tsunami ini mengakibatkan sekitar 4.000 orang tewas.
Menurut Daryono, pelajaran yang perlu ditarik dari gempa Maluku bahwa masyarakat perlu mewaspadai jalur sesar aktif.
Selain itu, meskipun gempa dengan magnitudo relatif kecil kekuatannya dapat merusak bangunan.

Oleh karena itu, pentingnya bangunan tahan gempa dan tata ruang pantai aman tsunami.
Seiring dengan potensi bahaya di kawasan sesar, evakuasi mandiri dan cara selamat menghadapi gempa perlu dilatihkan dalam upaya kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami.
Jumlah Korban
Sementara itu, data Pos Komando (Posko) Penanganan Darurat Bencana Gempa Provinsi Maluku per 4 Oktober 2019, pukul 18.00 WIT mencatat korban meninggal 37 orang, luka berat 36, luka ringan 1.231 dan mengungsi 111.490.
Jumlah pengungsian terbanyak teridentifikasi di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) dengan 65.694 orang,
Seram Bagian Barat (SBB) 42.856 dan Kota Ambon 2.940.
Data korban meninggal di Kabupaten Malteng 15, SBB 11 dan Ambon 11.
Gempa tidak hanya mengakibatkan korban jiwa tetapi kerusakan infrastruktur.
Kerusakan
Pada sektor pemukiman, total rumah rusak berat sejumlah 1.911 unit, rusak sedang 1.802 dan rusak ringan 3.486.
Posko di wilayah-wilayah terdampak melakukan upaya diberbagai sektor, seperti kesehatan personel memberikan bantuan makanan khusus bagi balita (PMT) dan mengidentifikasi makanan tambahan yang dibutuhkan selama di pengungsian.
Di samping itu, posko mengkoordinir dalam pendistribusian logistik kepada warga terdampak.
• Dikritik soal Pernyataan Pengungsi Gempa Maluku Jadi Beban Pemerintah, Wiranto Sebut Itu Salah Paham
Selama penanganan darurat, beberapa kendala dihadapi di lapangan.
Pengungsian yang ada tersebar dan tidak berada pada titik kumpul di masing-masing desa atau dusun.
Ini sangat menyulitkan terkait dengan pendataan angka pengungsi dan pendistribusian logistik.
Beberap jenis logistik diakui masih minim dari yang diharapkan oleh mereka yang masih mengungsi, seperti tenda atau terpal.
Posko mengidentifikasi sejumlah kebutuhan yang masih diperlukan selama penanganan darurat ini, seperti selimut, matras, air minum, air bersih dan kebutuhan logistik kesehatan.
Di sisi lain, kebutuhan personel dengan latar belakang kesehatan juga masih dibutuhkan seperti dokter umum, bidan dan perawat, apoteker dan tenaga psikososial.
Beberapa kendala lain yaitu terbatasnya sarana dan prasarana dalam distribusi ari bersih, terputusnya akses jalan dan jembatan sehingga mempengaruhi pasokan bahan bakar ke SBB.
Pendataan di berbagai sektor masih terus dilakukan pascagempa, sedangkan di wilayah Malteng terdapat kendala dalam kesulitan komunikasi pengiriman data.
Wiranto Dikritik
Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto menuai kecaman dari berbagai pihak.
Wiranto sempat menyebut banyaknya pengungsi gempa bumi di Maluku menjadi beban pemerintah.
Salah satu anggota DPRD Maluku Rovik Akbar Affifudin mengatakan, pernyataan Wiranto terkait pengungsi di Maluku sangat melukai perasaan seluruh masyarakat.
Khususnya, bagi warga di Maluku yang terdampak langsung bencana tersebut.
“Bencana gempa di Maluku ini korban jiwanya banyak, rumah-rumah juga banyak yang rusak.
Seharusnya negara menguatkan secara psikologis, bagi warga yang masih trauma," kata Rovik kepada Kompas.com, Jumat (4/10/2019).
• Korban Meninggal Dunia akibat Gempa Maluku Bertambah Menjadi 38 Jiwa
Menurut Rovik, persoalan pengungsi di Maluku seharusnya direspons dengan baik oleh pemerintah pusat.
"Jujur kami sangat tersinggung dengan pernyataan Pak Wiranto,”kata Rovik.
Rovik mengatakan, selain karena masih trauma, banyak warga memilih mengungsi karena gempa tersebut merusak banyak rumah-rumah warga.
Bahkan, hingga saat ini gempa-gempa susulan masih terus terjadi.
Menurut politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut, pernyataan Wiranto yang menyebut pengungsi Maluku menjadi beban pemerintah sangat tidak elok.
“Pernyataan seperti itu menandakan Pak Wiranto tidak punya hati nurani,"kata Rovik.
• Setiap Hari Saat Gempa Warga Ambon Maluku Mabuk, Mual, & Muntah-muntah
Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tengah Said Patta juga berpendapat yang sama.
Menurut dia, pernyataan Wiranto juga telah merendahkan masyarakat Maluku.
“Dia (Wiranto) berbicara atas nama negara, dan menuduh pengungsi Maluku membebani pemerintah. Itu pernyataan yang sangat tidak manusiawi,”ujar Said saat dihubungi.
Sebelumnya Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy juga menyebut pernyataan Wiranto dalam merespons pengungsi di Maluku sangat menusuk dan menyakitkan.
• Kisah Pengungsi Gempa Ambon Maluku Tepat 10.30 WIT Lahirkan Bayi, Wagub Langsung Ajak ke Rumah
Jawaban Wiranto
Wiranto menyatakan rasa kecewanya, lantaran pernyataan dia yang ditujukan untuk menenangkan masyarakat Maluku, justru diputarbalikkan sejumlah pihak untuk menyerang dirinya.
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (2/10/2019), Wiranto mengatakan dirinya tak pernah sengaja untuk melukai hati rakyat Maluku yang sedang berduka.
Wiranto menjelaskan bahwa dalam rapat koordinasi pada 30 September 2019, Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, membludaknya pengungsi karena adanya informasi menyesatkan dan simpang siur tentang akan adanya gempa bumi yang lebih besar serta tsunami.
“Padahal tak ada lembaga resmi yang menyatakan itu,” kata Wiranto seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Untuk itu, Wiranto menjelaskan bahwa pemerintah pusat mengimbau masyarakat yang rumahnya masih aman, untuk kembali ke kediaman masing-masing.
“Imbauan itu diberikan untuk kebaikan masyarakat juga, karena di pengungsian pasti akan banyak masalah yang dihadapi seperti pendidikan dan kesehatan. Itu sebenarnya hasil rapat tersebut,” kata Wiranto.
• Tak Mendapatkan Penanganan Medis yang Baik, 2 Pengungsi Gempa Ambon Meninggal di Tenda Darurat
Wiranto mengakui bahwa pernyataannya untuk menenangkan masyarakat itu justru diputarbalikkan untuk menyerang dirinya.
“Namun semua itu semoga dapat diselesaikan secara sabar. Semoga penjelasan saya ini dapat diterima,” kata Wiranto.
Berikut pernyataan Wiranto yang ditayangkan TVOne dan diunggah ulang akun Youtube Alena Kayadoe:
Penjelasan BNPB soal banyaknya jumlah pengungsi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat terdapat 115.290 jiwa mengungsi di Ambon pasca gempa bumi yang terjadi M 6,5 pada 26 September 2019 lalu.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan, kerusakan akibat gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu tidak terlalu parah.
Namun, ketakutan masyarakat menjadi penyebab utama mengapa mereka memilih meninggalkan rumah untuk mengungsi.
• Fenomena Aneh, Banyak Lubang Sebesar Sumur Muncul setelah Gempa 6.8 SR Ambon, Ini Penjelasan BMKG
"Laporan dari Tim BNPB, di Ambon kerusakan sebenarnya tidak terlalu parah, tapi karena masyarakar takut, banyak isu hoaks tak betul, seperti akan ada banyak gempa susulan membuat mereka takut dan mengungsi. Ada 115.290 jiwa mengungsi," kata Agus dalam acara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Rabu (2/10/2019).
Dia mengatakan, masyarakat yang ketakutan itu mengungsi ke bukit-bukit.

Namun mereka juga mengalami kesulitan karena saat ini sering turun hujan lebat yang menyebabkan kesehatan mereka terganggu.
"Kami sosialisasi kepada masyarakat untuk kembali ke rumah dan mengikuti imbauan pihak terkait," kata dia.
Adapun akibat gempa bumi Maluku tersebut telah jatuh korban meninggal dunia sebanyak 28 jiwa dan luka-luka 150 jiwa.
Meski tak parah, dampak kerusakan akibat gempa ini mencapai 6.184 rumah rusak dengan wilayah terdampak Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat.
"Yang banyak korban di Ambon karena di sana padat pendududk. Rumah padat. Banyak yang tertimpa bangunan," ucap dia.
BNPB sendiri memberikan bantuan dana siap pakai senilai Rp 1 miliar untuk bisa digunakan daerah menangani pascagempa.
Selain itu, BNPB juga membantu menyediakan logistik kebutuhan para pengungsi dan korban.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kritik Pedas Legislator Maluku dan Jawaban Wiranto soal Salah Paham" dan "BNPB: Gara-gara Hoaks Gempa, 115.290 Jiwa Warga Ambon Mengungsi".
(TribunAmbon.com/Chrysnha) (Kompas.com/Rahmat Rahman Patty/Deti Mega Purnamasari)