Terkini Soal Calon Menteri Kabinet Jokowi, Pengusaha Muda Bali & Tri Risma Dikaitkan, PSI Ogah
Berita terkini calon menteri kabinet Jokowi, pengusaha muda Bali dan Tri Risma dikaitkan sementara PSI ogah
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNAMBON.COM - Nama-nama pengisi calon menteri kabinet Jokowi atau Presiden Joko Widodo masih santer dikabarkan.
Di antaranya adalah munculnya nama pengusaha muda asal Bali hingga Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, dikaitkan menjadi calon menteri kabinet Jokowi.
Di sisi lain, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melalui ketua umumnya, Grace Natalie, menyatakan tak memintah jatah menteri karena tak ingin membebani Jokowi.
Inilah ulasan berita terkini calon menteri kabinet Jokowi yang dirangkum TribunAmbon.com dari berbagai sumber.
• 3 Cendekiawan Asal Sulsel Masih Bertahan 40 Besar Seleksi Capim KPK, Ini Profilnya
• Runtutan Pembantaian di KM Mina Sejati, Resmi Kata Danlanal, Nasib 20 ABK?
1. Munculnya Nama Pengusaha Muda Bali
Nama politikus NasDem yang dikenal juga sebagai desainer top asli Bali, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, disebut-sebut masuk dalam bursa menteri Jokowi-Ma'ruf.
Hal ini seperti diungkapkan oleh mantan Wakil Direktur Departemen Saksi TKN Jokowi-Ma'ruf, I Gusti Putu Artha.
Lewat akun Facebooknya, ia menyebut ada seorang perempuan Bali yang akan ditelepon oleh Presiden Jokowi dalam waktu dekat.
"Seorang perempuan Bali akan ditelpon Jokowi. Nyali, kontribusi dan rekam jejaknya terang benderang (ini prediksi saya terkini)," tulis mantan Komisioner KPU RI ini pada Sabtu (17/8) pukul 10.21 Wita.
Saat dikonfirmasi Tribun Bali, Minggu (18/8/2019), Putu Artha memprediksi Luh Djelantik bakal masuk bursa menteri dari Bali.
Dan, baginya sosok wanita kelahiran Bangli, 15 Juni 1975, ini memang layak menjadi pembantu Jokowi di Kabinet Kerja II.
Menurut Ketua Komisi Saksi Nasional DPP NasDem ini, Jokowi sebagai presiden terpilih telah memberikan berbagai sinyal ingin menteri yang memiliki nyali, keberanian, eksekutor, dan memiliki jiwa manajerial yang baik.
Putu Artha pun mengungkapkan, dari nama-nama yang beredar di Istana, nama Luh Djelantik santer dibicarakan.
Desainer kondang ini pun mendapat undangan khusus dari Jokowi pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara, Sabtu (17/8/2019).
"Kalau dari sinyal-sinyal yang disampaikan Jokowi, dia butuh seorang yang punya nyali keberanian, eksekutor, berani ngambil keputusan, kemudian dia punya kemampuan manajerial yang khas, maka di antara pilihan tersebut dari nama-nama yang beredar sangat mungkin Djelantik yang akan masuk," ungkapnya.
Apalagi, Luh Djelantik menurut dia sudah banyak berkeringat dalam membantu kemenangan Jokowi.
Bahkan sudah terlibat sejak Pilgub DKI Jakarta 2013 silam.
"Rekam jejaknya dalam konteks berkeringat dengan Jokowi sejak 2012, Pilpres 2014, Ahok-Djarot, sampai 2019 kemarin," tegasnya.
Putu Artha juga mengakui Luh Djelantik merupakan tokoh Bali yang memiliki jaringan luas baik nasional maupun internasional.
• Disewa, Pembunuh Bayaran Ini Malah Jatuh Cinta pada Penyewa yang Minta Dirinya Dibunuh
• Calon Pengantin Gantung Diri 2 Hari Sebelum Pernikahan, Keluarga Temukan Kejanggalan
Apalagi, sebagai seorang pelaku UMKM dan industri kreatif Luh Djelantik menurutnya sangat sukses.
"Dia termasuk sedikit dari kader Bali yang memiliki networking kuat secara internasional maupun lokal. Dia juga perempuan yang sangat berani dan punya nyali dan dia sangat spesifikasi dalam bidangnya, bahkan misalnya pilihan dia di UMKM dan industri kreatif ini menjadi sangat tepat," ujarnya.
Apakah NasDem akan mendorongnya sebagai menteri ke Jokowi?
Putu Artha memilih menjawab secara diplomatis. Ia menyebut otoritas tersebut ada di Ketua Umum DPP NasDem, Surya Paloh.
"Kalau itu otoritas ketua umum. Saya cuma sedang mencocokkan antara pilihan Jokowi dengan apa yang ada di dalam Djelantik," kelitnya.
Mengenai peluang dirinya sendiri untuk menjadi menteri Jokowi, Putu Artha memilih realistis.
Ia justru menilai sosok Luh Djelantik jauh lebih memiliki kapasitas dibandingkan dirinya.
"Dibanding saya, dia jauh lebih punya kapasitas, dia orang yang dikatakan Jokowi The Right Woman and The Right Place," tandasnya.
• Deretan Fakta Pembantaian ABK KM Mina Sejati, 23 ABK Hilang, 3 Pelaku Diduga Bunuh Diri
• Vanessa Angel Blak-blakan Beberkan Sumber Penghasilan Pasca Tahanan pada Hotman Paris
Saat dikonfirmasi terpisah, Luh Djelantik tampak terkejut ketika tahu namanya diprediksi masuk bursa menteri.
"Oh my God, aku gak tahu ya. Mbok (kakak) malah baru tahu dari kamu (Tribun Bali, red)," katanya, Minggu (18/8/2019).
Saat disinggung mengenai kedatangannya ke Istana Negara pada momen peringatan HUT RI Ke-74, ia mengaku hanya memenuhi undangan dari Presiden Jokowi.
"Itu cuma undangan upacara, tidak lebih," ungkapnya.
Namun demikian, ia menyatakan kesiapannya jika nantinya diminta oleh Jokowi masuk kabinet.
“Apapun tugas dari negara sepanjang mengikuti aturan konstitusi, berjuang untuk masyarakat untuk menegakkan kebenaran, dan berbanding lurus dengan apa yang mbok pegang, ya mbok siap," ujarnya tegas.

Mengenai posisi kementerian yang menurutnya tepat untuk dirinya, Luh Djelantik mengaku menyerahkan kepada Jokowi.
“Pengabdian mbok pada negeri, pada masyarakat Indonesia, pada masyarakat Bali, dan kecintaan mbok pada bangsa ini sudah mbok lakukan sejak lama, ada rekam jejaknya," ungkap dia.
Namun, ia menyatakan tidak kecewa apabila nantinya tidak menjadi menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Menurutnya, ia akan tetap membantu pemerintahan Jokowi di periode kedua.
Hanya saja, ia mengakui apabila berada di pemerintahan akan jauh lebih memiliki dampak besar bagi masyarakat Bali.
"Apapun itu perjuangan mbok akan tetap sama, tidak harus melalui kontestasi pileg atau memegang jabatan di pemerintahan. Tapi memang jauh lebih besar dampaknya bagi masyarakat, bagi Bali jika mbok melakukannya dari dalam sistem," tukasnya.
2. Wali Kota Surabaya Tak Membayangkan

Sementara TribunnewsBogor.com menuliskan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjawab isu kemungkinan dirinya jadi menteri kabinet Jokowi hingga maju di Pilpres 2024.
Menurutnya, jabatan sama sekali bukan hal yang ia inginkan selama ini.
Apalagi sampai menjadi menteri dan capres, membayangkannya pun Risma tak pernah.
Hal itu blak-blakan disampaikan Risma dalam tayangan Aiman berjudul 'Siap-siap Untuk Risma!' di Kompas TV, Senin (19/8/2019) malam.
Diansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Kompas TV Selasa (20/8/2019), Aiman Witjaksono mewawancarai terlebih dahulu Pakar Komunikasi Politik Unair Suko Widodo, soal kelanjutan karies Risma.
Sebab seperti yang diketahui, Risma akan segera mengakhiri jabatannya setelah dua periode menjadi Wali Kota Surabaya.
Untuk itu, karier Risma ke depan pasca habis masa jabatannya pun banyak dipertanyakan publik.
Menurut Suko Widodo, ada kemungkinan besar Risma menjabat di tingkat nasional.
"Kalau melihat kongres PDIP di Bali dan beliau menjadi ketua divisi di DPP pusat, dan itu artinya bermaknakan karier politik Bu Risma justru jadi lembaran baru yang lebih besar, lebih nasional daripada di Kota Surabaya," jelasnya.
Kemudian ia ditanya soal kemungkinan Risma jadi menteri Jokowi dalam waktu dekat, calon Gubernur DKI Jakarta tahun 2022, atau jadi capres 2024.
"Kemungkinan dua dan tiga (cagub DKI 2022 dan capres 2024) lah kira-kira, kalau menteri menurut saya sejauh ini Bu Risma tidak terlalu banyak interaksi dengan presiden karena menteri kan hak prerogatifnya presiden," jelasnya.
Meski begitu, menurutnya tidak menutup kemungkinan juga jika Jokowi akhirnya meminta Risma jadi menterinya.
"Walaupun sangat mungkin saja dan beberapa orang menjagokan itu, tapi menurut saya bu Risma punya pengalaman terhadap kewilayahan, bukan pada per bidang seperti menteri," tandasnya.
Kemudian hal serupa juga ditanyakan oleh Aiman Witjaksono kepada Risma.
Saat ditanya soal isu akan dimajukan jadi cagub DKI Jakarta tahun 2022, Risma mengaku baru tahu.
Ia juga menyebut kalau dirinya tak berani menginginkan jabatan itu dan tak berani untuk bilang sanggup melakukannya.
• Jadi Budak Seks Ayah Selama 9 Tahun Sejak Masih di Bawah Umur, 2 Kakak Beradik Ini Alami Trauma
• Diamankan & Ada yang Gabung ISIS, Bahaya Radikal & Teror Susupi TNI & Polri Kata Pengamat Intelijen
"Sekali lagi saya nggak tahu, pertama, yang kedua, saya memang punya prinsip bahwa jabatan itu nggak boleh diminta, terutama jadi kepala daerah karena itu sangat berat sekali, karena di daerah itu cuma ada satu, semua akan tergantung kepada satu sosok ini, karena itu saya tidak berani untuk pingin tidak berani untuk bahwa saya yakin saya bisa, karena itu pasti berat, apapun itu," jelas Risma.
Ia pun menjelaskan kalau jadi Wali Kota Surabaya bukan merupakan keinginannya, tapi ia tak bisa menghindari takdir.
"Nah ada yang ngomong kemarin kenapa Bu Risma mau jadi walikota, saya sudah berusaha menghindar tapi ternyata nggak bisa, itu yang namanya takdir, saya nggak bisa lagi menghindar, kalau sudah takdir Tuhan mau seperti itu, saya mau apa?," kata Risma.
Risma pun mengaku bahwa sebenarnya ia tak ingin jadi kepala daerah apalagi sampai dua periode.
"Sebenarnya iya (tidak ingin jadi kepala daerah)," jawab Risma mantap.
Kemudian saat disinggung soal kepuasan publik terkait jabatannya dan ratusan penghargaan yang telah ia miliki, menurut Risma tak bisa dilihat seperti itu.
Mas Aiman kan ya orang nggak bisa dinilai dari penghargaannya, seorang pemimpin tidak bisa dinilai hanya dengan misalkan ya orang percaya dengan saya, misalkan dengan kapasitas saya, tapi kan tidak bisa seperti itu, rakyat tidak menilainya seperti itu," katanya.
Risma justru khawatir kalau jabatannya itu malah akan membuat ia tak adil kepada warganya.
"Seseorang bisa ngomong, bahwa saya tidak merasakan sentuhan, saat Risma jadi wali kota. Ya saya nggak tahu, makanya saya selalu sampaikan itu ke seluruh ketua RT, ketua RW, lurah, camat saya, kepala dinas, tolong dicari orang-orang itu, yang sakit, yang tidak bisa berobat, yang tidak bisa makan, anak yatim, orang yang terlantar, tolong dicari, ayo kita rawat, meskipun uang kami terbatas, tapi itu kan kewajiban saya sebagai kepala daerah, saya harus menyelesaikan masalah itu, apapun surat itu beban saya," bebernya.
Ia pun tidak ingin jika ketidak adilan yang ia lakukan malah akan menghambat dirinya masuk Surga.
"Saya tidak ingin kemudian seseorang mengatakan saat nanti someday saya dipanggil (meninggal dunia), kita semua ada di Padang Mahsyar kemudian saya ditanya, Risma malaikat menyampaikan ; Risma kamu nggak bisa masuk surga karena ada satu orang wargamu yang menderita, ya mungkin saja kan?," kata Risma.
"Walaupun cuma satu, saya khawatir itu menghambat saya masuk surga, saya nggak mau itu," tambahnya.
Ternyata itulah alasan kepada seorang Tri Rismaharini tidak pernah mengatakan iya untuk sebuah jabatan yang ditawarkan kepadanya.
"Saya tidak mau sombong, kalau saya terpilih kedua pun saya ngomong Innalillahi Waainnailahi raajiun, saya tidak ngomong Alhamdulillah karena takut, jadi kalau dalam kesulitan saya selalu bilang ya Tuhan saya tidak meminta, tolong bantu saya menyelesaikan ini, karena saya tidak minta jabatan ini," ungkap Risma.
Rupanya hal yang sama juga dirasakan Risma jika ia ditawari jabatan menteri oleh Jokowi.
Menurutnya, dirinya tidak pernah membayangkan sama sekali untuk jadi menteri.
"Saya juga tidak pernah membayangkan, ya untuk apa dibayangin," katanya.
"Kalau diminta oleh Pak Jokowi (jadi menteri)? Ibu akan jawab apa?," tanya Aiman Witjaksono lagi.
Risma pun tampak bingung harus menjawab apa.
"Ya nanti, saya nggak tahu kan yang bisa jawab itu bukan saya, ya nanti Tuhan yang akan jawab, saya nggak tahu," katanya.
Pun ketika ditanya peluang dicalonkan pada Pilpres 2024, Risma kembali mengatakan kalau ia tak pernah menginginkannya.
"Kok berani-beraninya seorang Risma bermimpi atau bayangkan (jadi capres), saya terus terang ambisi aja nggak, kepingin aja nggak, mimpi aja nggak," katanya.
"Ketiganya tidak? Apa Ibu yakin?," tanya Aiman.
"Ya saya yakin," jawab Risma mantap.
Terakhir, ia menyampaikan harapannya, bahwa keinginannya selama ini bukan soal jabatan, tapi memberi arti untuk orang lain.
"Saya berharap saya bisa punya arti untuk orang lain, di manapun dan dalam jabatan apapun," tandasnya.
Video lengkapnya di sini :
3. PSI Ogah Minta Jatah
Tribunnews.com memberitakan, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menegaskan enggan membebani Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan meminta jatah menteri di kabinet.
"Soal menteri yang paling tahu pak Jokowi, yang paling tahu kebutuhan pak Jokowi. Kami tidak mau membebani beliau dengan minta-minta jatah," kata Grace Natalie di Jakarta, Kamis (22/8/2019) malam.
Grace mengatakan selama lima tahun pemerintahan periode pertama, Presiden Jokowi sudah mengetahui dan menguasai kebutuhan pemerintahannya.
Sehingga, kata Grace, ketika PSI bertemu Presiden di Istana beberapa waktu lalu, terlihat bahwa Presiden Jokowi kini lebih percaya diri atas apa yang akan dilakukan pemerintahan ke depan.
"Sekarang beliau sudah tahu banget mau ngapain, mau 'nge-gas' di mana. Maka itu kami tidak pernah meminta, menuntut, dan sebagainya, karena PSI mau support pak Jokowi agar pemerintahan lima tahun ke depan berhasil, maka kriteria menteri kita ikut pak Jokowi saja," ucap Grace.
Lebih lanjut, saat ditanya apakah kader PSI sudah ada yang diminta untuk menjadi menteri, Grace mengatakan bahwa komunikasi itu sudah ada.
Ia mengatakan Presiden Jokowi sudah mengetahui kompetensi kader-kader PSI.
"Kita tunggu saja bagaimana dari beliau, " jelas Grace.
Grace pun mengatakan, kader PSI, khususnya mantan caleg PSI sudah melewati tahap rekrutmen yang ketat dengan melalui juri independen, sehingga memiliki kompetensi yang baik.
(TribunAmbon.com/Chrysnha/TribunBali/Tribunnews.com)