Rusuh di Papua: Gubernur Lukas Enembe Minta Oknum Tentara Pelaku Rasis Ditangkap
Gubernur Papua Lukas Enembe berbicara panjang lebar soal keinginan masyarakat Papua pasca-kerusuhan terjadi selama dua hari di Papua.
TRIBUNAMBON.COM - Gubernur Papua Lukas Enembe berbicara panjang lebar soal keinginan masyarakat Papua pasca-kerusuhan terjadi selama dua hari di Papua.
Di awal keterangannya, Lukas menyampaikan tentang kondisi Papua saat ini.
Menurut Lukas, pascakerusuhan, kondisi kota/kabupaten yang terjadi kerusuhan sudah bisa dikembalikan.

Namun, tidak menutup kemungkinan masyarakat bakal kembali menyampaikan protes ke jalan.
Hal ini lantaran kasus ini menyangkut harkat dan martabat orang Papua.
"(Situasi ) sudah bisa dikembalikan, tapi pasti mereka akan turun lagi terutama masyarakat. Kemarin kan sebagian besar mahasiswa. Karena ini menyangkut harga diri dan martabat, itu tidak bisa main-main bagi orang Papua," kata Lukas dalam program MataNajwa di Trans7, Rabu (21/8/2019) malam.
Lukas melanjutkan, dirinya mengaku khawatir gelombang protes akan terus membesar.
Pasalnya, ujaran rasis terhadap orang Papua sudah sering dilontarkan.
"Iya (khawatir eskalasinya akan membesar). Karena itu bukan sekali mereka sampaikan. Sudah banyak kali di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Ya pasti mereka tidak terima. Selama orang Papua dihinakan, direndahkan martabatnya, itu pasti mereka ribut," kata Lukas.
Lukas Minta Oknum Tentara Pelaku Rasis Ditangkap
Lebih lanjut, Lukas menyatakan saat ini sudah berkomunikasi dengan mahasiswa Papua di Surabaya yang pada akhir pekan lalu mendapatkan persekusi dan ujaran rasis.
Para mahasiswa itu, kata Lukas, sudah memberikan laporan kepadanya.
Lukas menegaskan, mahasiswa Papua di Surabaya tidak ada yang menurunkan bendera Merah Putih.
"Bendera Merah Putih itu diturunkan oleh orang lain. Saya tidak tahu aktor intelektualnya siapa," kata dia.

Lukas kemudian menyoroti oknum aparat keamanan yang ikut melontarkan maki-makian kepada para mahasiswa.
Lukas meminta agar polisi menangkap oknum aparat keamanan tersebut.
"Tentara dan polisi yang pakai seragam lengkap, mereka (tentara dan polisi) maki-maki. Satu orang tentara 'kasih tahu pemimpinmu' berarti kan dia kasih tahu saya. Itu harus ditangkap orang itu. Tentara pakai seragam itu. Iya, ada videonya jelas," tegas Lukas.
Minta Penegakan Hukum
Lebih jauh, Lukas meminta agar dikedepankan penegakan hukum.
Mereka yang melakukan ujaran rasis harus ditangkap dan kemudian menyampaikan proses hukum yang telah dilakukan ke warga Papua.
"Mereka pelaku ditangkap. Kasih tahu kami, sudah adili ini, sudah lakukan ini. Negara harus kasih tahu itu. Tidak boleh masalah Papua disepelekan, masalah besar ini," kata Lukas.
Selengkapnya video pernyataan Lukas bisa anda saksikan di bawah ini:
Kontras Soroti Penanganan Polisi terhadap Mahasiswa Papua
Sekjen Federasi Kontras, Andy Irfan Junaedi mengatakan peristiwa persekusi dan rasis sudah sering terjadi di asmara mahasiswa Papua di Jl Kalasan Surabaya.
Adapun selama dua hari pada akhir pekan lalu merupakan situasi yang sangat mencekam bagi mahasiswa Papua.
"Terjebak di dalam, tidak bisa dapatkan makanan dan minuman. Ada sejumlah teman yang mengirim makanan malah ditangkap. Saya kira itu menjadi memori kolekstif bagi mereka yang tinggal di asrama dan akan selalu mereka ingat," kata Andy.
Andy kemudian menyoroti peran kepolisian yang menurutnya hilang saat para mahasiswa Papua digeruduk oleh ormas.

Anggota ormas menggeruduk asrama mahasiswa Papua di Surabaya setelah beredar kabar perusakan bendera Merah Putih yang beredar di grup whastApp dan Facebook.
"Ramailah kemudian orang datang ke depan asrama. Disitulah peran kunci kepolisian yang hilang. Harusnya polisi bisa mengendalikan ormas yang memang sudah kerap kali melakukan hal serupa," ujar Andy.
Andy juga mengkritik penanganan polisi terhadap mahasiswa Papua dengan mendobrak pagar dan menggunakan tembakan gas air mata.
Jawaban Polda Jatim
Menjawab pernyataan Andy, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menegaskan kehadiran polisi di asrama mahasiswa Papua adalah sebagai stablisator.
"750 orang di luar gerbang (asrama mahasiswa Papua) tersulut oleh kabar perusakan bendera Merah Putih. Mereka menggedor-gedor. Karena itu polisi sebagai stabilisator polisi tidak akan diam saja. Ini supaya konflik tidak terjadi," jelas Frans.
Soal tuduhan ucapan rasis, Frans menegaskan tiad ada anggotanya yang melakukan ujaran rasis ke mahasiswa Papua.
"Kami menjamin tidak ada anggota Polrestabes (Surabaya), anggota Polda yang saat pengamanan mengeluarkan kata-kata rasis seperti melabeling seseorang atau kelompok dengan hewan. Itu tidak ada sama sekali. Kita sudah memlakukan pemeriksaan. Propram kita sudah bekerja dan sampai hari ini sudah melaporkan ke bapak Kapolda tidak ada satupun yang mengeluarkan kata-kata seperti rasis itu," kata Frans.
Meski demikian, Frans mengatakan hari ini (Rabu,-Red) ada satu di Grahadi, kita harus mengaku apa yang dinyatakan oleh bapak Kasdam. Bahwa kalau itu dari hasil penyelidikan ada dari anggota ya akan dilakukan penyelidikan oleh Polda tentunya. Tapi dari kepolisian itu tidak ada," kata dia.
Pernyataan Frans tentang pernyataan Kasdam merujuk pada Kasdam Kodam V Brawijaya, Brigjen TNI Bambang Ismawan pada Rabu (21/8/2019) kemarin di Gedung Negara Grahadi Surabaya.
Brigjen TNI Bambang Ismawan mengatakan, Kodam V Brawijaya tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait keterlibatan anggota TNI dalam insiden di asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan.
Brigjen TNI Bambang Ismawan menuturkan, Kodam V Brawijaya melakukan penyelidikan digital dari video viral yang memperlihatkan sejumlah oknum berseragam TNI di depan asrama mahasiswa Papua di Surabaya.
Dalam video itu, anggota TNI diduga meminta orang di dalam asrama untuk segera keluar.
Mereka meminta orang di dalam asrama agar memberikan penjelasan terkait perusakan bendera di depan asrama Jalan Kalasan.
Tak hanya itu, dalam video tersebut, juga terdengar makian.
"Saya mewakili Bapak Pangdam akan menyampaikan bahwa adanya indikasi keterlibatan personel TNI di dalam kejadian di asrama Kalasan Surabaya," kata Brigjen TNI Bambang Ismawan di Gedung Negara Grahadi, Rabu (21/8/2019).
"Kami sampaikan sekarang, kasus keterlibatan anggota ini dalam proses pemeriksaan, penyelidikan," sambung dia.

Ia memastikan bahwa pihaknya tidak dalam kondisi yang menutup-nutupi fakta ataupin informasi guna melindungi anggota, jika terbukti terlibat sebagaimana viral di media sosial.
Jika dari proses penyelidikan didapatkan bukti yang jelas dan anggota terbukti bersalah, Kodam V Brawijaya akan memberikan sanksi pada anggota tersebut.
"Nanti pada saatnya akan kami sampaikan. Kalau memang bersalah akan kami berikan hukuman sesuai tingkat kesalahannya," tegasnya.
(Tribunnews.com/Daryono) (Surya/Fatimatuz Zahroh)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gubernur Papua Lukas Enembe Bicara soal Rusuh Papua: Blak-blakan Minta Oknum Aparat Ini Ditangkap.