SBT Hari Ini

Jalan Utama Kota Bula Terendam Banjir, Warga Desa Sesar Keluhkan Drainase Buruk

Air menggenang setinggi lutut orang dewasa di beberapa titik, menutup sebagian badan jalan dan meluap hingga ke halaman rumah warga dan pertokoan. 

Penulis: Haliyudin Ulima | Editor: Ode Alfin Risanto
Tribunambon/ali
BANJIR - Salah satu rumah warga di Desa Sesar, Kecamatan Bula, Kabupaten SBT, tampak masih terendam banjir, Selasa (11/11/2025) pukul 09:46 WIT. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Haliyudin Ulima

BULA, TRIBUNAMBON.COM – Hujan deras yang mengguyur Kota Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) sejak Senin (10/11/2025) malam menyebabkan sejumlah titik di wilayah tersebut terendam banjir. 

Salah satu yang paling parah terjadi di ruas jalan utama Desa Sesar, Kecamatan Bula.

Air menggenang setinggi lutut orang dewasa di beberapa titik, menutup sebagian badan jalan, bahkan meluap hingga ke halaman rumah warga dan pertokoan. 

Baca juga: 9 Koperasi Tambang Gunung Botak Resmi Bermitra dengan PT Global Emas Bupolo

Baca juga: Dua Hari Setelah Dipecat, Bripda Charles dan Selebgram Ambon Ikuti Sidang Nikah

Kondisi ini membuat akses transportasi lumpuh dan aktivitas masyarakat terganggu sejak pagi hari.

Pantauan TribunAmbon.com di lapangan, Selasa (11/11/2025), sejumlah kendaraan roda empat dan angkutan umum terlihat berhati-hati saat melintasi genangan air yang cukup deras. 

Beberapa pengendara motor bahkan memilih menepi karena takut mesin kendaraannya mogok.

“Air mulai naik sejak tengah malam, dan sampai pagi belum juga surut,” kata Irwan, warga Desa Sesar, kepada Tribunambon.com.

Menurutnya, banjir seperti ini bukan kejadian baru.

Setiap kali hujan deras mengguyur, kawasan tersebut selalu tergenang akibat sistem drainase yang buruk dan tidak mampu menampung volume air hujan.

“Masalahnya itu bukan cuma air hujan, tapi saluran pembuangan di pinggir jalan sudah tersumbat lumpur dan sampah. Kami sudah sering lapor, tapi belum ada tindak lanjut,” keluhnya.

Selain menghambat arus lalu lintas, banjir juga berdampak pada kegiatan ekonomi warga. 

Sejumlah pedagang memilih menutup toko lebih awal karena air mulai masuk ke dalam bangunan. 

Sementara itu, para pelajar kesulitan menuju sekolah karena beberapa jalan penghubung tak bisa dilalui kendaraan roda dua.

“Kalau sudah begini, anak-anak kami tidak bisa berangkat sekolah. Kadang kami terpaksa gendong mereka melewati air,” lanjutnya. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved