Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Jika berkunjung ke Negeri Tulehu, Salahutu, Maluku Tengah, Tribunners bisa mencoba nyicip Nasi Pulut Siram yang satu ini.
Ialah nasi pulut siram buatan Habiba Tehupelasurry; warga akrab menyapanya Mama Biba.
Di negeri yang dikenal dengan tradisi Abda'u itu, Nasi Pulut Siram ini jadi salah satu kuliner legendaris.
Dijajakan sederhana diatas meja kayu berukuran 1,5x0,5 meter tepat di depan rumah, Nasi Pulut Siram ini kurang lebih sudah 25 tahun manjakan lidah pecinta kuliner berbahan beras ketan.
Kepada TribunAmbon.com, Mama Biba mengatakan, mulanya hanya diketahui warga sekitar.
Seiring waktu, kelezatan Nasi Pulut Siram Mama Biba terus tersiar dari mulut ke mulut lewat para pelancong yang berkunjung ke Tulehu.
Alhasil kini, meski stok diperbanyak, namun tidak sedikit pelanggan yang pulang dengan tangan kosong.
“Kalau jualan sudah dari 25 tahun yang lalu sampai sekarang. Dulu itu mungkin pembelinya hanya dari warga Tulehu saja, tapi sekarang banyak sekali pembeli dari luar bahkan ada juga yang minta untuk dikirim ke Jakarta,” katanya, Kamis (23/5/2024).
Uniknya, Nasi Pulut Siram ini hanya dijual pada malam hari.
Jauh dari kebiasaan umum yang menjadikan makanan ini menu sarapan.
Dibuka mulai pukul 21.00 WIT hingga dini hari.
Mama Biba mengisahkan, ide bisnis kuliner tradisionalnya ini termotivasi kondisi rumah tangganya yang sudah tidak bisa terselamatkan lagi.
Setelah dia dan empat orang anak ditinggal pergi suami, Mama Biba dihadapkan dengan kenyataan hidup sebagai seorang single parents.
Untuk menghidupi empat orang anak ini, Tehupelasurry terpaksa mencari nafkah dengan jualan nasi pulut siram.
Bisnis tanpa modal, wanita kelahiran Tulehu, 8 November 1958 itu meminjam sekarung beras ketan 70 Kg di toko dengan perjanjian dilunasi setelah jualannya laris.
“Saya sudah pisah dengan suami sejak dulu jadi terpaksa harus jualan ini untuk hidupi anak-anak. Saya termotivasi dari situ. Dulu jualan tidak pakai modal tapi saya ambil dulu berasnya di toko. Satu karung dulu itu 70Kg Rp10 ribu,” tuturnya.
Kini usaha kuliner sederhana yang dibangun telah berbuah manis.
Setiap harinya, Tehupelasurry bisa menghabiskan sekitar 15 Kg beras ketan untuk usaha kulinernya ini, atau untuk satu karung beras hanya terjual dalam kurun waktu paling lambat tiga hari saja.
Dengan penghasilan sehari-hari paling standar Rp1 juta (bisa kurang atau lebih tergantung kondisi), namun jerih payahnya itu telah membawa kesuksesan bagi anak-anaknya.
Dari empat anaknya, satu diantaranya berhasil menjadi seorang prajurit TNI.
Sementara satu anak lainnya berhasil meraih gelar sarjana pada salah satu perguruan tinggi.
Tak hanya itu, Tehupelasurry juga bisa menjalankan ibadah umroh lewat hasil jualan Nasi Pulut Siram ini.
“Jadi Alhamdulillah, dengan menekuni bisnis ini anak-anak saya bisa selesai sekolah. Ada yang sudah jadi tentara, sarjana, dan saya umroh juga dari penghasilan jualan nasi pulut ini,” ujar wanita paruh baya itu.
Meski begitu, yang namanya usaha pasti tidak hanya suka, melainkan juga ada duka.
Tak menampik, kerugian besar juga terkadang menghampiri karena sesekali jualannya tidak habis terjual.
Alhasil, jualannya dibagi ke tetangga-tetangga sekitar dibanding harus mubazir karena basi.
“Yang pasti ada suka dan dukanya selama berjualan,” tandasnya.
Bentuknya yang unik karena dicetak bulat kecil-kecil, membuat pelanggan tak bosan-bosan menikmati kuliner yang satu ini.
Belum lagi, cita rasa srikaya ditambah siraman air gula diatas parutan kelapa membuat kelezatan nasi pulut ini akhirnya viral di media sosial. (*)