Nasional

PDI-P Bilang Khilaf Pernah Dukung Gibran, Begini Responnya

Diketahui Hasto mengatakan bahwa PDI-P merasa khilaf, karena pernah mendukung Gibran sebagai Wali Kota Solo pada Pilkada 2020.

Editor: Adjeng Hatalea
TribunAmbon.com/ Jenderal Louis
Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka 

TRIBUNAMBON.COM - Wali Kota Solo sekaligus calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka mendapatkan sejumlah kritikan pedas dari Sekjen PDI-P, Hasto Kristiyanto.

Diketahui Hasto mengatakan bahwa PDI-P merasa khilaf, karena pernah mendukung Gibran sebagai Wali Kota Solo pada Pilkada 2020.

"Kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran karena di sisi lain memang kami mengakui terhadap kemajuan yang dilakukan Pak Jokowi," kata Hasto, dikutip dari Kompas.com, Minggu (31/3/2024).

Selain itu, Hasto juga menyatakan bahwa kemajuan yang dibawa Jokowi saat memerintah Indonesia dipicu oleh utang yang sangat besar.

Gibran pun menanggapi pernyataan Hasto tersebut saat ditemui di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (30/3/2024) malam.

Gibran mengucapkan terima kasih kepada Hasto sekaligus meminta maaf terkait dengan kritik yang disampaikan Sekjen PDI-P tersebut.

“Ya terima kasih Pak Hasto. Kalau khilaf, mohon maaf Pak Hasto,” ungkap Gibran dikutip dari Kompas.com, Minggu (31/3/2024).

Baca juga: Ketika Hasto Ngaku Sama-sama Dapat Tekanan dan Intimidasi, Anies-Muhaimin Bantah Bangun Komunikasi

Tanggapan Gibran yang disamakan dengan pelaku kecelakaan Selain berbicara mengenai kekhilafan PDI-P dalam mencalonkan Gibran menjadi Wali Kota Solo, Hasto juga menyinggung soal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah syarat usia dalam pencalonan presiden dan wakil presiden sehingga Gibran dapat menjadi cawapres Prabowo.

Hasto menganggap bahwa Gibran belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin Indonesia, dilansir dari Kompas.com, Minggu (31/3/2024).

Baca juga: Gibran Sindir Ganjar yang Tolak Jadi Menteri di Kabinet Prabowo: Yang Nawarin Siapa?

"Karena kedewasaan (penting) dalam mengemban jabatan-jabatan tertentu. Sopir truk (tidak dewasa) saja itu berbahaya, apalagi kaitannya dengan mengelola negara sebesar Indonesia dengan problematika yang sangat kompleks," tutur Hasto.

Adapun sopir truk yang dimaksud adalah sopir truk yang masih di bawah umur dan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dalam kasus kecelakaan di Gerbang Tol Halim Utama pada Rabu (27/3/2024).

Hasto menilai, Gibran belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin Indonesia dengan berbagai persoalannya yang kompleks.

"Kemudian di tengah-tengah itu muncul seorang anak presiden yang belum mencukupi batas usia, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi," ucap Hasto.

Disamakan dengan sopir truk di bawah umur yang terlibat kecelakaan, Gibran balik melontarkan pertanyaan menohok kepada wartawan.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Menyelamatkan Bayi Baru Lahir

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved