Ambon Hari Ini

Eko Poceratu Bikin Merinding Penonton dengan Puisinya Batu-Batu Api di Pesona Negeri Rutong

Di hadapan Wali Kota Vlissingen, Bas Van den Tilaar dan disaksikan anak-cucu Negeri Rutong, Eko Saputra Poceratu berhasil membawa audiensnya larut dal

Penulis: Adjeng Hatalea | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Adjeng Hatalea
Eko Saputra Poceratu saat diwawancarai TribunAmbon.com usai tampil di panggung Pesona Negeri Rutong pada Minggu (20/2/2023) 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Adjeng Hatalea

AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Eko Saputra Poceratu tampil menakjubkan di panggung Pesona Negeri Rutong pada Minggu (20/2/2023) kemarin dengan puisinya yang berjudul ‘Batu - Batu Api’.

Di hadapan Wali Kota Vlissingen, Bas Van den Tilaar dan disaksikan anak-cucu Negeri Rutong, Eko Saputra Poceratu berhasil membawa audiensnya larut dalam rasa.

Rasa memiliki akan tradisi dan budaya, serta persaudaraan yang tak pudar.

Menurut Poceratu, Negeri Rutong yang kaya akan kebudayaan menginspirasinya menuliskan puisi tersebut.

“Terutama sagu yang berkaitan erat dengan sejarah leluhur. Rutong adalah negeri dengan sagu terbanyak di Ambon dan itu menjadi alasan kami untuk berefleksi ketika berbicara tentang folosofi. Beta juga tertarik dengan kekayaan alam, tradisi, dalam bentuk makanan - minuman lokal, tarian dan lain-lain. Bagaimana masyarakat Rutong bersatu untuk mengelola sumber daya yang ada,” ucap Poceratu kepada TribunAmbon.com, Selasa (20/2/2023).

Diiringi dentuman musik, bait per bait dilagukan lantang hingga yang terdengar senyap, merinding.

Hingga di setiap ujung bait terdengar seruan penonton yang terkesima dengan setiap kata dalam puisi itu, seperti irama.

Melalui puisi ‘Batu - Batu Api’, Poceratu ingin masyarakat adat ini tahu bahwa, hal terpenting untuk memajukan sebuah daerah adalah dengan tidak meninggalkan identitasnya.

“Puisi Batu Batu Api, berisi tentang Negeri Rutong yang membuat menciptakan sejarah mereka dengan kreativitas, produk, persatuan, dan impian bersama. Puisi tadi sekaligus menjadi bukti bahwa, segala sesuatu bisa dilakukan dengan kolaborasi antara manusia kebudayaan. Kebudayaan adalah aset penting untuk memajukan negeri tanpa harus meninggalkan identitas, kearifan lokal,” pungkasnya.

Baca juga: Menang Ajang YouTube NextUp 2021, Eko Poceratu; Jangan Utamakan Cuan, Berkaryalah dengan Bahagia

Baca juga: Tentang Kota Ambon menurut Eko Poceratu?

Berikut naskah lengkap puisi ‘Batu - Batu Api’ - Eko Saputra Poceratu;

Deng nyali dari Nusa Ina, moyang Matuwaruhu datang Deng seribu sagu, mange-mange, mandi mantra- mantra

Langit buka pintu, tanah buka jalan Lautang buka arus, matahari panggel bulan.

Aer turung aer nae, musim timur musim barat Ombak picah karang, adat tetap adat Cucu atap bulu sero, skali maju jang coba toro Angin seng bisa patah, kapata seng bisa ero Pulaka buka tangang, cengke pala buka bunga Mata aer turung dari kapala, bawa kapitan seng boleh kalah Ampa tiang badiri ika badang, jadi kumpulan batu-

Batu- jadi Hatu Rutui

Mac Lopurisa Uritalai kasi manyala ini negeri Nyali api, hati api, kamong batu-batu api Kasi tarang mata-mata rumah, kasi mati galap sunyi

Ini hari bersepeda sejarah, dari Somalopu maliliwai kasi babunyi

Mae Lopurisa Uritalai negeri ribuan sagu

Sagu di tanah, sagu di jantong, sagu di hati, putih

Barsih Duri seng biking luka, akar jaga ikatan, daong jadi sombar Mari anyam mimpi, satu ika satu, kasi mandidih aer mata

Jang pernah taku omba, ada Rajuno Hitipori Jang taku angin, ada Titasomi, Mabuasa, Pelel, bukit tinggi

Jang pernah taku arus, jang taku aus, ada Mandoi Jang pernah taku tinggalam, katong ini hatu rutui

Bagara satu suara, bakira satu arah, ada Maspaitella

Seng mungkin ilang jalang, percaya tanah cinta, ada Makatita Seng perlu taku ana ana slalu datang menjaga, ada

Sagu di tanah, sagu di jantong, sagu di hati, putih barsih

Duri seng biking luka, akar jaga ikatan, daong jadi sombar Mari anyam mimpi, satu ika satu, kasi mandidih acr

Mata Jang pernah taku omba, ada Rajuno Hitipori

Jang taku angin, ada Titasomi, Mabuasa, Pelel,

Bukit tinggi Jang pernah taku arus, jang taku aus, ada Mandoi Jang pernah taku tinggalam, katong ini hatu rutui

Bagara satu suara, bakira satu arah, ada Maspaitella Seng mungkin ilang jalang, percaya tanah cinta, ada Makatita Seng perlu taku apa-apa, slalu datang penjaga, ada Talahatu (nah) Katong aman muka blakang, percaya samua par Lessy Lawalata (sa).

Kalo su kuat macam ini, seng perlu pikir itu deng ini

Hidop karas macam batu, mar hati lombo macam papeda, (inga ini) Ana-ana muda satu gusepa, sambung tujuang deng gaba-gaba, (pegang ini) Orang tua kasi dudu kamudi, generasi jadi juru mudi (kolaborasi) alau nanti hidop datang masalah,

jang baku kasi salah Hari-hari macam tomi-tomi, ada manis, ada asam Mar percaya, Rutong dilahirkan untuk hal-hal basar Angka galas sopi, biking sumpah, berjuang seng gometar Taruh dalam hati - "Nuru Aman Mena Muri" Apapun terjadi, tetap badiri!

Sumber: Tribun Ambon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved