Kepala Daerah Disebut Jadi Kunci Perolehan Suara Capres pada Pilpres 2024

Keberadaan kepala daerah akan turut menentukan jalannya Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di daerah.

Editor: Mikhael Gewati
DOK. Istimewa
Bincang bersama ‘Memilih Damai, Suara dari Sulawesi’ yang digagas Tribun Network di Manado, Senin (28/11/2022). 

TRIBUNAMBON.COM - Keberadaan kepala daerah akan turut menentukan jalannya Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di daerah. Hal ini lepas dari asumsi, siapa calon presiden (capres) yang menang di Pulau Jawa, pasti akan menang.

Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Dr Alfons Kimbal mengatakan, dalam konteks daerah, keberadaan gubernur dan wali kota akan menentukan hasil pilpres.

"Pada Pilpres 2019, keberadaan (Gubernur Sulawesi Utara) Olly Dondokambey berpengaruh besar pada hasil pilpres," kata Kimbal dalam acara bincang bersama "Memilih Damai, Suara dari Sulawesi" yang digagas Tribun Network di Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Senin (28/11/2022).

Kala itu, sebut Kimbal, Jokowi-Maruf Amin unggul 77 persen. Fakta politik ini besar kemungkinan terulang pada Pilpres 2024.

"Apalagi saat ini, 12 dari 15 kabupaten kota di Sulut, kepala daerahnya dari PDI-P," kata Wakil Dekan I Bidang Akademik Fispol Unsrat itu.

Kimbal menyebutkan, siapa pun capres yang didukung kepala daerah memiliki peluang menang di daerah tersebut.

"Efek kepala daerah ini penting. Tinggal dilihat afiliasinya ke mana," jelas Kimbal.

Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado Sulaiman Mapiase menjelaskan, kekuatan figur tidak terlalu berpengaruh, terutama di kalangan pemilih akar rumput.

Golongan akar rumput, sebut dia, lebih memilih calon yang bisa memberi keuntungan langsung. Misalnya secara jangka pendek, pemimpin mana yang bisa langsung memenuhi kebutuhan dan keinginan pemilih.

"Lebih berpengaruh siapa yang bisa memenuhi hasrat politik jangka waktu singkat. Memang, idealnya pemimpin berkualitas dihasilkan pemilih berkualitas. Sayang, itu masih jauh dari harapan. Sejauh ini politik uang, politik identitas masih kuat. Kalau pemilih rasional, pasti melihat figur dan program," kata Mapiase.

Mapiase menyebutkan, idealisme itu pasti terwujud suatu saat nanti, seiring membaiknya kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

Contohnya adalah hasil survei Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Manado sebelum pemilihan kepala daerah (pilkada).

Sebagian besar masyarakat Manado mengaku menginginkan pemimpin yang mampu memperhatikan kepentingan mereka. Sebanyak 70 persen masyarakat tidak menghendaki politik uang.

"Faktanya banyak yang tersandera dengan politik uang. Ada uang, ada suara," katanya.

Direktur Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Jayadi Hanan mengungkapkan, meski penyelenggaraan Pilpres 2024 masih dua tahun lagi, tetapi capres sudah terpolarisasi pada tiga nama.

"Ada Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Dua nama ini berada di puncak popularitas dan keterpilihan dua tahun terakhir. Sejauh ini popularitas mereka sama kuat," katanya.

Sementara itu, sebut Jayadi, nama capres lain adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sandiaga Uno, Erick Thohir, Ridwan Kamil, hingga Khofifah Indar Parawansa. Mereka memiliki popularitas yang sedikit berbeda.

Menurutnya, belum ada calon yang dominan. Berbeda dari pilpres tiga edisi sebelumnya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009, Jokowi dan Prabowo pada 2014 dan 2019.

Hal itu, kata dia, memberi kemungkinan kepada semua calon untuk menyasar semua daerah untuk memaksimalkan suara.

"Memang suara itu terpusat di Jawa tapi bukan berarti luar Jawa tidak penting. Sekecil apapun suara pasti disasar calon. Ceruk suara di luar Jawa pasti akan diprioritaskan. Tidak ada daerah yang tidak penting," kata Jayadi.

Ia melanjutkan, Sulawesi menyumbang 7 persen suara dari total pemilih. Pada Pilpres 2019, suara sah di Sulawesi mencapai lebih dari 10 juta. Pada Pilpres 2024, suara di Sulawesi ditargetkan tembus 14 juta.

"Berkaca pada Pilpres 2019, Jokowi unggul sekitar 55 persen di Sulawesi. Calon harus bisa memaksimalkan sosialisasi. Asumsinya, pemilih Jokowi akan memilih Ganjar. Sementara pemilih Prabowo akan diganggu Anies. Di sini peran siapa calon wakil presiden (cawapres)-nya dan seberapa besar calon memperkenalkan diri dalam bersosialisasi," paparnya.

Hasil survei LSI terbaru menunjukkan bahwa suara Prabowo dan Anies paling dominan di Sulawesi. Meski demikian, hal ini terjadi karena Ganjar dinilai belum maksimal dalam bersosialisasi.

"Berkaca dari Pilpres 2019, kemungkinan Ganjar akan unggul di Sulut. Sementara di lima provinsi lain, kekuatan relatif imbang antara Prabowo atau Anies. Di sinilah kekuatan calon wakil presiden akan berbicara," ucapnya.

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Menyelamatkan Bayi Baru Lahir

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved