Bacaan Doa
Tafsir Surah Al Muddassir Ayat 6 Sampai 10, Artinya: Orang yang Berkemul
Disebutkannya jika ayat 1 hingga 10, Surah Al Muddassir berbicara tentang wasiat bagi Nabi Muhammad di awal berdakwah.
Penulis: Sinatrya Tyas | Editor: Fitriana Andriyani
TRIBUNAMBON.COM - Surah Al Muddassir bercerita tentang orang-orang yang memakai selimut, dan ketahuilah tafsir serta bacaannya berikut ini.
Al Muddassir merupakan surah yang ada di dalam kitab suci Al Quran.
Surah ini berada di urutan ke-74 yang jumlah ayatnya yaitu 56.
Tergolong ke dalam surah Makiyyah, Surah Al Muddassir turun setelah diturunkannya Surah Muzzammil.
Al Muddassir diambil dari ayat pertamanya yang berarti 'orang yang berkemul'.
Secara keseluruhan, Surah Al Muddassir memang menjelaskan tentang seruan Allah SWT agar beribadah.
Ustaz Yahya melalui tayangan YouTube Nurul Hayat Channel menjelaskan peta konsep dari Surah Al Muddassir ini.
"Saya memetakan kandungan dari Surah Al Muddassir ada 6 bagian, dan semoga kita semua bisa mentadaburinya bersama-sama.
Ya minimal kita pelajari 3 hingga 4 pertemuan untuk hasil yang maksimal," ungkapnya saat membuka kajian online tafsir Surah Al Muddassir.
Disebutkannya jika ayat 1 hingga 10, Surah Al Muddassir berbicara tentang wasiat bagi Nabi Muhammad di awal berdakwah.
Kemudian pada ayat 11 hingga 25 berisi tentang ancaman bagi pembesar musyrikin.
Dilanjutkan pada ayat 26 hingga 37, Allah SWT menjelaskan tentang saqar dan penjaga neraka.
Pada ayat 38 hingga 48, terdapat percakapan antara golongan kanan dan mujrimin.
Lalu di ayat 49 hingga 53, Allah SWT mengisahkan orang-orang yang telah berpaling dari Al Quran.
Di bagian akhir pada ayat 54 hingga 56, terdapat nasihat-nasihat yang berkaitan dengan paripurna.
"Saya memetakan kandungan dari Surah Al Muddassir ada 6 bagian, dan semoga kita semua bisa mentadaburinya bersama-sama.
Ya minimal kita pelajari 3 hingga 4 pertemuan untuk hasil yang maksimal," ungkapnya saat membuka kajian online tafsir Surah Al Muddassir.
Melansir dari kanal YouTube Firanda Andirja, surah Al Muddassir memiliki makna yang sama dengan Surah Al Muzammil.
Dikatakan oleh Ustaz Dr Firanda Andirja, M.A., Surah Al Muddassir memiliki makna orang-orang yang memakai selimut.
"Maknanya sama dengan surah Al Muzammil yaitu orang yang memaki selimut.
Karena ad dissar adalah pakaian yang dipakai setelah as syiar atau yang menempel langsung, ad disar ini lapisan kedua dari pakaian," ungkapnya saat menjelaskan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa Surah Al Muddassir dan Surah Al Muzammil memiliki hubungan yakni kandungannya saling berkaitan.
Surah Al Muzammil memiliki kandungan yang isinya seruan Allah SWT kepada Nabi Muhaammad SAW untuk beribadah.
"Beribadah di sini diartikan salat tahajud, karena ini merupakan bekal bagi seorang dai.
Allah SWT menyeru Nabi agar mengcharge imannya dengan tahajud dan bertasbih di sepertiga malam," sambung Ustaz Firanda.
Kemudian Surah Al Muddassir memiliki kandungan yang intinya Allah SWT menyeru kepada Nabi Muhammad SAW untuk ibadah berdakwah yang bernilai dakwah.
"Adapun Surah Al Muddassir memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk ibadah yang bermanfaat, yaitu dengan berdakwah kepada Allah SWT," jelasnya saat mengisi tausiyah di Masjid Imam Syafi'i Banjarmasin.
Pada Surah Al Muddassir, Allah SWT membuka firmannya dengan mengatakan kepada Nabi tanpa menyebut namanya.
"Allah membuka dengan menyebut bukan nabi tapi orang yang sedang berselimut.
Dalam Bahasa Arab menunjukkan kelembutan, yang dipanggil dengan kelembutan untuk seseorang tersebut," tandas Ustaz Firanda dalam penjelasan kajian tafsirnya.
Melansir dari laman Quran Kemenag yang diterbitkan secara resmi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Bacaan Surah Al Muddassir ayat 6 hingga 10
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖ - ٦
6. wa lā tamnun tastakṡir
dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ - ٧
7. wa lirabbika faṣbir
Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.
فَاِذَا نُقِرَ فِى النَّاقُوْرِۙ - ٨
8. fa iżā nuqira fin-nāqụr
Maka apabila sangkakala ditiup,
فَذٰلِكَ يَوْمَىِٕذٍ يَّوْمٌ عَسِيْرٌۙ - ٩
9. fa żālika yauma`iżiy yaumun 'asīr
maka itulah hari yang serba sulit,
عَلَى الْكٰفِرِيْنَ غَيْرُ يَسِيْرٍ - ١٠
10. 'alal-kāfirīna gairu yasīr
bagi orang-orang kafir tidak mudah.
Tafsir Surah Al Muddassir ayat 6 hingga 10
Ayat 6
Ayat ini melanjutkan uraian tentang keistimewaan yang diberikan Allah kepada al-Walid bin al-Mugirah.
Dan di samping itu Aku berikan baginya kelapangan hidup seluas-luasnya.
Dalam ayat ini, Nabi Muhammad dilarang memberi dengan maksud memperoleh yang lebih banyak.
Artinya dengan usaha dan ikhtiar mengajak manusia ke jalan Allah, serta dengan ilmu dan risalah yang disampaikan, beliau dilarang mengharapkan ganjaran atau upah yang lebih besar dari orang-orang yang diserunya.
Tegasnya jangan menjadikan dakwah sebagai objek bisnis yang mendatangkan keuntungan duniawi.
Bagi seorang nabi lebih ditekankan lagi agar tidak mengharapkan upah sama sekali dalam dakwah, guna memelihara keluhuran martabat kenabian yang dipikulnya.
Ayat 7
Petunjuk terakhir, kelima, larangan memperoleh imbalan dapat menimbulkan kesulitan maka apabila menghadapi kesulitan ayat ini memberi petunjuk, dan hanya karena Tuhanmu, maka bersabarlah, pasti engkau akan berhasil dalam dakwahmu.
Ayat ini memerintahkan supaya Nabi Muhammad bersikap sabar, karena dalam berbuat taat itu pasti banyak rintangan dan cobaan yang dihadapi.
Apalagi dalam berjihad untuk menyampaikan risalah Islam. Sabar dalam ayat ini juga berarti tabah menderita karena disiksa atau disakiti karena apa yang disampaikan itu tidak disenangi orang.
Bagi seorang dai, ayat ini berarti bahwa ia harus dapat menahan diri dan menekan perasaan ketika misinya tidak diterima orang, dan ketika kebenaran yang diserukannya tidak dipedulikan orang.
Janganlah putus asa, sebab tidak ada perjuangan yang berhasil tanpa pengorbanan, sebagaimana perjuangan yang telah dialami para nabi dan rasul.
Ada beberapa bentuk sabar yang ditafsirkan dari ayat di atas, di antaranya:
(1) sabar dalam melakukan perbuatan taat, sehingga tidak dihinggapi kebosanan,
(2) sabar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan menghadapi musuh,
(3) sabar ketika menghadapi cobaan dan ketetapan (qadar) Allah, dan
(4) sabar menghadapi kemewahan hidup di dunia.
Dengan sikap sabar dan tabah itulah sesuatu perjuangan dijamin akan berhasil, seperti yang diperlihatkan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad saw.
Ayat 7
Petunjuk terakhir, kelima, larangan memperoleh imbalan dapat menimbulkan kesulitan maka apabila menghadapi kesulitan ayat ini memberi petunjuk, dan hanya karena Tuhanmu, maka bersabarlah, pasti engkau akan berhasil dalam dakwahmu.
Ayat ini memerintahkan supaya Nabi Muhammad bersikap sabar, karena dalam berbuat taat itu pasti banyak rintangan dan cobaan yang dihadapi.
Apalagi dalam berjihad untuk menyampaikan risalah Islam.
Sabar dalam ayat ini juga berarti tabah menderita karena disiksa atau disakiti karena apa yang disampaikan itu tidak disenangi orang.
Bagi seorang dai, ayat ini berarti bahwa ia harus dapat menahan diri dan menekan perasaan ketika misinya tidak diterima orang, dan ketika kebenaran yang diserukannya tidak dipedulikan orang.
Janganlah putus asa, sebab tidak ada perjuangan yang berhasil tanpa pengorbanan, sebagaimana perjuangan yang telah dialami para nabi dan rasul.
Ada beberapa bentuk sabar yang ditafsirkan dari ayat di atas, di antaranya:
(1) sabar dalam melakukan perbuatan taat, sehingga tidak dihinggapi
(2) sabar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan menghadapi musuh,
(3) sabar ketika menghadapi cobaan dan ketetapan (qadar) Allah, dan
(4) sabar menghadapi kemewahan hidup di dunia.
Dengan sikap sabar dan tabah itulah sesuatu perjuangan dijamin akan berhasil, seperti yang diperlihatkan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad saw.
Ayat 8
Kesulitan dalam dakwah tidaklah seberapa, akan ada saat yang lebih sulit lagi, maka apabila sangkakala ditiup yaitu hari Kiamat telah tiba,
Setelah memberikan pengarahan khusus kepada Nabi Muhammad (yang juga menjadi cermin pengajaran bagi umat beliau) yang dimulai dari ayat 1 sampai dengan ayat 7 di atas, maka pada ayat ini, Allah menjelaskan pula tentang suasana kedatangan hari Kiamat.
Di hari yang dijanjikan itu, orang-orang yang telah menyakiti hati para rasul dan juru dakwah karena menyampaikan ajaran Allah, akan mengalami suatu kesulitan yang luar biasa.
Mereka tersentak mendengar seruan Kiamat ditiup Malaikat Israfil.
Mereka langsung merasakan betapa hebatnya kesulitan yang harus ditempuh.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya bersabar menghadapi gangguan-gangguan musuh tersebut.
Pada hari Kiamat, semua orang mendapatkan apa yang telah mereka amalkan:
kesenangan yang abadi bagi orang yang beriman dan berjihad menegakkan keimanan yang benar, serta kecelakaan dan kesengsaraan bagi siapa yang ingkar dan hidup di atas keingkaran itu.
Ayat 9
Maka itulah hari yang serba sulit, bagi siapa saja.
Setelah memberikan pengarahan khusus kepada Nabi Muhammad (yang juga menjadi cermin pengajaran bagi umat beliau) yang dimulai dari ayat 1 sampai dengan ayat 7 di atas, maka pada ayat ini, Allah menjelaskan pula tentang suasana kedatangan hari Kiamat.
Di hari yang dijanjikan itu, orang-orang yang telah menyakiti hati para rasul dan juru dakwah karena menyampaikan ajaran Allah, akan mengalami suatu kesulitan yang luar biasa.
Mereka tersentak mendengar seruan Kiamat ditiup Malaikat Israfil.
Mereka langsung merasakan betapa hebatnya kesulitan yang harus ditempuh.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya bersabar menghadapi gangguan-gangguan musuh tersebut.
Pada hari Kiamat, semua orang mendapatkan apa yang telah mereka amalkan:
kesenangan yang abadi bagi orang yang beriman dan berjihad menegakkan keimanan yang benar, serta kecelakaan dan kesengsaraan bagi siapa yang ingkar dan hidup di atas keingkaran itu.
Ayat 10
Terlebih bagi orang-orang kafir yaitu yang keras kepala mengingkari kebenaran, pada hari itu tidak mudah, keadaannya akan diliputi kesulitan yang dahsyat.
Dalam ayat ini ditegaskan lagi bahwa tidak mudah bagi orang-orang kafir menghadapi suasana hari Kiamat yang dahsyat dan menakutkan itu.
Sebab, pada hari itulah mereka menerima segala hasil perbuatan mereka dalam buku amalan dari sebelah kiri sebagai tanda masuk neraka.
Tidak ada lagi kebahagiaan bagi orang kafir pada hari tersebut.
Semuanya serba susah dan pedih, tidak seperti kesenangan yang pernah mereka nikmati di dunia dahulu.
Kenapa mereka mengalami kesulitan?
Selain pernah menerima buku di sebelah kiri, mereka juga harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka di hadapan Mahkamah Allah Yang Mahaadil, yang tidak seorang pun dapat mengelak dan tidak seorang pun yang merasa dirugikan.
Sebab, di hari itu pula segala anggota tubuh ikut berbicara mengajukan kesaksian dengan sendirinya terhadap yang pernah dikerjakan, padahal mulut yang di dunia pandai bicara, pada hari itu terkunci rapat diam membisu seribu bahasa.
Semua manusia pada hari Kiamat menundukkan kepala di hadapan Allah, mengakui kesalahan dan kekhilafan masa lalu, tetapi pintu penyesalan sudah ditutup.
Adapun orang mukmin yang telah menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk berjihad di jalan Allah, menghadapi kiamat dengan perasaan cerah, tanpa diliputi ketakutan sedikit pun.
Mereka tidak akan dipersulit perhitungan amalnya, dan berjalan berbaris serta bersaf-saf menuju Mahkamah Ilahi dengan wajah cerah.