Sekolah Tatap Muka Dimulai
Mendikbud Nadiem; Jika Belajar Tatap Muka Tak Segera Dimulai Kita Akan Kehilangan 1 Generasi
Belajar tatap mukabelum mengizinkan kantin sekolah dibuka. “Tak ada ekstra-kurikuler, olahraga, dan semua aktivitas yang berkerumun,
Penulis: M Fahroni Slamet | Editor: Nur Thamsil Thahir
Sebelum sekolah tatap muka dimulai, harus divaksin. Untuk murid PAUD, TKU, SD siswa SMP, SMA, madrasah, pesantren dan perguruan tinggi, dimulai Mei 2021 hingga Juni 2021.
AMBON, TRIBUNAMBON.COM — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengakui pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah akan merusak sendi-sendi pendidikan dasar satu bangsa.
Indonesia, kata dia, adalah salah satu dari empat negara di kawasan timur Asia dan Pasifik yang belum menerapkan pembelajaran tatap muka penuh di masa pandemi.
Sekitar 85% negara di kawasan ini atau 23 negara lainnya sudah memberlakukan, anara lain Laos, Vietnam, Kamboja dan RRT.
“Jika pembelajaran tatap muka tak segera kita berlakukan, maka kita akan kehilangan satu generasi. Ini hasil survei dan penelitian Bank Dunia, WHO, Unicef dan banyak lembaga lain,” kata Nadiem dalam sesi pengumuman Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 secara daring dari Jakarta, Selasa (30/3/2021), pukul 12.30 WITA.

Selain Nadiem hadir juga Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Prof Dr Muhajir Effendi, Wakil Menteri Agama Zainal Tauhid, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Kepala BNPP Mayjen TNI Doni Munardo, dan Satgas Penanggulangan Covid-19.
Menteri Nadiem menyebutkan, pembelajaran tatap muka dijadwalkan Juli 2021 mendatang.
Penerapan harus sesuai protokol kesehatan ketat.
“Juli 2021 itu hanya aspirasi dari pemerintah pusat. Daerah dan sekolah yang sudah buka saat ini silahkan dilanjutkan. Kalau zonasi wilayahnya sudah hijau, lanjutkan, mulai sekarang..”
Tahapan kembali belajar di sekolah dijadwalkan Juli 2021.
Ini bersamaan awal tahun ajaran baru reguler di seluruh negeri.
“Kita mulai setelah semua tenaga pendidik dan peserta didik divaksin, lebih dulu,” ujarnya.
Vaksin untuk murid PAUD, TKU, SD siswa SMP, SMA, madrasah, pesantren dan perguruan tinggi, dimulai Mei 2021 hingga Juni 2021.
Secara spesifik, Nadiem juga menyebutkan, selajar tatap muka di sekolah hanya mengakomodir 50% dari kapasitas ruang kelas.
“Jika selama ini satu kelas hanya 36 siswa, maka jika sekolah dibuka hanya 13 siswa tiap rombel.”
Dikemukakan juga, belajar tatap muka belum mengizinkan kantin sekolah dibuka. “Tak ada ekstra-kurikuler, olahraga, dan semua aktivitas yang berkerumun,.”
Pembatasan jarak di sekolah ini, akan dievaluasi selama dua bulan.
Dalam penjelasannya, secara spesifik, Nadiem menyitir hasil penelitian World Bank; “Diperkirakan bahwa penuruoan sekolah di seluruh dunia dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan seumur hidup dari generasi yang saat ini berada di usia sekolah sebesar paling tidak 10 triliun US dolar.”
Dia juga mengutip pernyataan WHO: “penutupan sekolah memiliki dampak negatif yang jelas pada kesehatan anak, pendidikan, perkembangan dan pendapatan keluarga dan perekonomian secara keseluruhan.”
UNICEF juga menyitir kekhawatiran; “Seiring berlalunya hari, anak-anak yang tidak dapat mengakses sekolah secara langsung semakin teringgal, di mana anak-anak yang paling termarjinalisasi adalah yang paling terdampak. Pesan kami (UNICEF) kepada para pemimpin dunia jelas: Segala upaya harus kita lakukan untuk sekolah dibuka atau memprioritaskan sekolah bisa kembali buka.” (*)