Kendala yang Dialami Sejumlah Guru dalam Melakukan Publikasi Ilmiah di Tengah Pandemi Covid-19
Seorang guru wajib mengembangkan profesinya melalui pembuatan karya ilmiah, penemuan teknologi, pembuatan alat pengajaran, dan pengembangan kurikulum.
TRIBUNAMBON.COM - Guru merupakan profesi dari kalangan professional dan menjadi tameng bagi suatu Negara untuk mencerdaskan anak bangsa.
Profesionalitas seorang guru sangat dibutuhkan terutama menghadapi perubahan di era 5.0.
Satu diantaranya sebagai tolak ukur keprofesionalitas guru dapat dilihat dari seberapa banyak tulisan yang mereka hasilkan.
Tentunya, tulisan yang dipublikasikan di media cetak ataupun online.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angkat Kreditnya.
Seorang guru wajib mengembangkan profesinya melalui pembuatan karya ilmiah, penemuan teknologi, pembuatan alat pengajaran, dan pengembangan kurikulum.
Aturan tersebut menjadi syarat mutlak bagi guru untuk mendukung profesinya.
Sayangnya, masih banyak guru yang tidak mengindahkan aturan tersebut.
Hal ini senada dengan penuturan Sarjono yang merupakan Kepala Sekolah di SD Negeri Dukuhan Kerten.
“Terus terang, saya sudah tidak sanggup Jika diminta untuk nulis PTK lagi. Waktunya tidak ada dan juga sudah banyak tugas dari sekolah,” tutur Sarjono pada Senin (11/03/2020).
Keterangan tersebut hanya mewaliki satu diantara dari beberapa guru yang merasa kesulitan untuk menulis karena tidak adanya waktu.
Masalah lain yang muncul berasal dari rumitnya syarat kenaikan pangkat bagi guru.
Ada banyak syarat yang harus mereka penuhi.
Satu diantaranya ialah melakukan penelitian tindakan kelas dan publikasi ilmiah.
Kondisi serupa juga dialami oleh Endang Sri Haryanti yang merupakan seorang guru kelas 2 SD Negeri Dukuhan Kerten.
“Saya sudah pernah membuat PTK. Namun, belum pernah mempublikasikan artikel ke jurnal. Sekarang, jika mau naik golongan 4 harus ada publikasi ilmiah ke jurnal."
"Saya juga belum begitu paham proses publikasi artikel ilmiah karena belum pernah buat sebelumnya,” ujar Endang Sri Haryanti, S.Pd. SD.
Publikasi ilmiah juga menjadi masalah baru bagi guru yang ingin memenuhi syarat kenaikan pangkat.
Untuk melakukan publikasi, guru harus melewati rangkaian penelitian yang tidak sedikit.
Dalam publikasi ilmiah, guru juga harus memahami banyak hal seperti scope dan template jurnal.
Diperparah dengan proses revisi dan adanya biaya untuk publikasi ilmiah yang tidak sedikit.
Alasan inilah yang membuat para guru enggan melakukan penelitian maupun mempublikasikan karya ilmiah.
Baca juga: Kunci Jawaban Buku Tematik Kelas 3 Tema 4: Kewajiban dan Hakku Hal 84 85 86 86 89 90, Pembelajaran 6
Baca juga: Kunci Jawaban Buku Tematik Kelas 3 Tema 4 Halaman 68 69 71 72 73 dan 74, Subtema 2, Pembelajaran 4
Terkendala Pandemi Covid-19
Dari banyaknya keluhan guru terkait kesulitan menulis karya ilmiah, maka diperlukan sebuah cara yang dapat mengentaskan permasalahan mereka.
Melalui pelatihan dan pendampingan penulisan karya ilmiah, guru akan lebih terkontrol dan terarahkan.
Namun, cara tersebut harus sesuai dengan kondisi yang dialami saat ini.
Di masa pandemic COVID-19, setiap orang dibatasi untuk berinteraksi dengan yang lainnya.
Hal ini sesuai dengan aturan pemerintah mengenai pembatasan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Pembelajaran ini diganti dengan pembelajaran daring dari tingkat pra-sekolah hingga perguruan tinggi.
Kondisi ini mengharuskan guru untuk mempelajari IT lebih serius lagi.
Mereka yang telah terbiasa dengan pengajaran konvensional, tatap muka, ceramah, tanya jawab, dan konsep pembelajaran jadul harus berani mengambil langkah berbeda.
Hal tersebut juga berlaku pada kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi para guru.
Banyak sekali platform yang sering digunakan oleh para pendidik untuk menyampaikan materi selama masa pandemic ini, misalnya, google meet, google classroom, zoom meeting, skype, edmodo, dan masih banyak jenis lainnya.

Semuanya dapat diterapkan sebagai pengganti pembelajaran tatap muka di dalam kelas.
Namun, ada dua aplikasi yang telah banyak diminati oleh para pendidik karena penggunaannya yang mudah.
Aplikasi yang dimaksud adalah google classroom dan google meet.
Google classroom merupakan software yang dibuat untuk membantu guru dalam pengelolaan, pendistribusian tugas, penilaian, hingga pemberian feedback tugas yang diberikan pengajar.
Sementara itu, Google Meet diartikan sebagai aplikasi konferensi percakapan video secara online.
Dengan software tersebut, pendidik dapat menyampaikan materi secara lisan dan melihat melalui layar laptop ataupun gadget audiens yang mengikuti pembelajaran melalu.
Melalui kedua aplikasi tersebut, tugas administrasi guru menjadi lebih efektif dan efisien karena penerapannya sangat fleksibel.
Baca juga: Kunci Jawaban Buku Tematik Kelas 3 Tema 4: Kewajiban dan Hakku Hal 57 59 60 61, Pembelajaran 2
Baca juga: Cara Mengurus SKCK Online untuk Pemberkasan CPNS 2019
Sejumlah Guru Ikuti Pelatihan dan Pendampingan PTK
Aplikasi google classroom dan google meet secara nyata dapat digunakan untuk pelatihan dan pendampingan PTK yang dilakukan oleh beberapa dosen Universitas Sebelas Maret di SD Negeri Dukuhan Kerten, Laweyan, Surakarta.
Sebanyak 15 guru di sekolah tersebut mengikuti kegiatan pelatihan dan pendampingan PTK.
Tahapan kegiatan pelatihan dan pendampingan PTK terdiri dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pada mulanya, pengajar melakukan koordinasi internal antar pengajar dan koordinasi ekternal dengan mitra sekolah.
Koordinasi internal berisi pembagian tugas dan pemenuhan materi, akomodasi, perlengkapan, dan peralatan, sedangkan koordinasi eksternal berisi pembahasan tempat dan jadwal, serta penyampaian konsep pelatihan dan pendampingan menggunakan aplikasi google classroom dan google meet.
Untuk mempermudah guru, pengajar memberikan buku pedoman pelaksanaan pelatihan dan pendampingan PTK, serta pedoman penggunaan aplikasi google meet dan google classroom.

Tahap selanjutnya berisi pelatihan dan pendampingan PTK dengan intensitas sebanyak empat kali pertemuan secara virtual.
Penggunaan aplikasi google classroom dimanfaatkan untuk memberikan file materi dan tugas struktur kepada guru.
Tugas disesuaikan dengan jadwal materi yang harus diselesaikan pada pertemuan tersebut.
Pemberian tugas pada google classroom mempermudah pengajar untuk memberikan batasan dan mengecek tugas guru lebih detail.
Sementara itu, google meet dimanfaatkan oleh pengajar untuk menyampaikan materi pada pelatihan kedua, serta pendampingan mandiri untuk mengoreksi hasil tugas guru.
Pertemuan pertama, pengajar menyampaikan materi PTK (pengertian, jenis, sistematika PTK, dan lain-lain) melalui tatap muka langsung.
Sebagai tugas mandiri, pengajar memberikan tugas kepada guru untuk menghasilkan satu tulisan bagian pendahuluan melalui aplikasi google classroom.
Tugas yang belum diselesaikan pada pertemuan itu dilanjutkan pada pendampingan pribadi antara pengajar dengan guru yang bersangkutan.
Pertemuan kedua hingga ketiga, dilakukan pendampingan PTK melalui Google meet.
Pengajar bertugas mengoreksi hasil tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya melalui Google classroom.
Tahap evaluasi dilakukan dengan pemaparan hasil penelitian guru dan dilanjutkan pemberian masukan dari pelatih.
Secara keseluruhan, pelaksanaan pelatihan dan pendampingan menggunakan google classroom dan google meet sudah cukup berhasil karena hampir 75% guru menguasai materi mengenai PTK dan jurnal.
Selain itu, ada 10 laporan PTK telah dikumpulkan guru.

Selama pelaksanaan pelatihan dan pendampingan, guru mampu mengikuti setiap tahapan penelitian PTK dengan baik.
Guru juga terlibat aktif dalam kegiatan diskusi.
Setiap langkah PTK diikuti oleh guru dengan seksama.
Konsep yang dipelajari selama pelatihan diterapkan oleh guru dengan cukup baik dan lancar.
Dalam pelaksanaannya, pelatihan ini tetap mengalami kendala, seperti keterbatasan waktu, sedikitnya daftar rujukan guru, rendahnya motivasi untuk menulis, dan gangguan internet.
Jika dibiarkan, kendala tersebut akan berdampak pada aspek lain yang merugikan.
Guru perlu banyak bertanya, membaca, mengadakan sharing session dengan guru lain atau pengajar agar wawasan mereka semakin luas terutama tentang kepenulisan.
Tidak dapat dipungkiri, menulis menjadi hal yang sulit bagi setiap orang, akan tetapi kegiatan menulis akan tetap menghadang di tiap persimpangan jalan menuju keprofesionalan seorang guru.
Pendidik harus menjadi garda terdepan yang melek dan tanggap terhadap suatu perubahan di bidang pendidikan, serta siap melindungi anak bangsa demi dari pengaruh negative globalisasi.

(*)